persatuannews.com. Ghibah adalah musytaq minal-ghib, artinya kalimat yang berasal dari al-ghib (tidak tampak). Makna ghibah berkembang jadi bergunjing atau membicarakan aib orang orang lain. Apakah itu keluarga, kerabat, sahabat sejawat atau pejabat.
Allah ﷻ berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.”(QS. Al-Hujurat 49: 12)
Pada ayat ini dengan tegas Allah ﷻ memerintahkan kaum muslimin untuk tidak mencari-cari kesalahan saudaranya serta bergunjing. Tentunya seseorang pasti jijik memakan daging bangkai, apalagi jika daging itu adalah daging saudaranya sendiri.
Ghibah penyakit hati yang memakan kebaikan mendatangkan keburukan serta membuang-buang waktu secara sia-sia.
Ghibah tentang nasab, pekerjaan, akhlak bahkan dapat berkaitan dengan apa yang dikenakan seseorang dengan mengatakan bajunya panjang, lengan baju lebar, kaca matanya tebal, dan sebagainya. Imam Nawawi mengatakan bahwa gibah tidak terbatas ucapan saja tetapi mencakup gerakan dan isyarat.
Dari ‘Aisyah ra. beliau berkata :
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قُلْتُ لِلنَّبِيِّ حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّة كَذَا وَ كَذَا وَ قَالَ بَعْضُ الرُّوَاةُ : تَعْنِيْ قَصِيْرَةٌ, فَقَالَ : لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ
Artinya : “Dari ‘Aisyah beliau berkata, Aku pernah berkata kepada Nabi ﷺ, “Cukup bagimu dari Shofiyah ini dan itu”. Sebagian rawi berkata :”’Aisyah mengatakan Shofiyah pendek”. Maka Nabi ﷺ berkata, ”Sungguh engkau telah mengucapkan suatu kalimat, yang seandainya kalimat tersebut dicampur dengan air laut niscaya akan merubahnya”. (HR Abu Dawud no 4875, At-Thirmidzi 2502 dan Ahmad 6/189)
Seringkali orang merasa tidak sadar telah melakukan ghibah dan saat diperingatkan Ia menjawab “Yang saya katakan ini benar adanya!” Padahal Rasulullah ﷺ dengan tegas menyatakan perbuatan tersebut adalah ghibah.
Baca juga :
- Aksi Komunikas Hijau Indonesia Tanam Pohon di Cadika Medan Johor
- Hujan dan Kehidupan Mikrokosmos: Sebuah Analogi Biologis
- Muskerwil 2 PW Persis Sumut Resmi di Buka Oleh Ketum PP Persis
Sabda Rasulullah ﷺ :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، فَقِيْلَ : أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيْهِ مِا تَقُوْلُ فَقَدِ اْغْتَبْتَهُ, وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ
Artinya : “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwsanya Rasulullah ﷺ bersabda: “Tahukah kalian apakah ghibah itu?”. Sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu”, Nabi ﷺ ditanya, “Bagaimanakah pendapat anda, jika itu memang benar ada padanya ? Nabi ﷺ menjawab, “Kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya, tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah berdusta atasnya” (HR no 2589, Abu Dawud no 4874, At-Tirmidzi no 1999)
Pelaku ghibah digambarkan oleh Rasulullah ﷺ ketika Mi’raj diperlihatkan kepadanya suatu kaum yang mencakar-cakar wajahnya. Rasul menanyakan kepada Jibril, “Siapa mereka itu, wahai Jibril? “Mereka adalah orang-orang yang suka ghibah dan merendahkan kehormatan kaum muslimin.
Allah ﷻ berfirman:
اِذْ تَلَـقَّوْنَهٗ بِاَ لْسِنَتِكُمْ وَتَقُوْلُوْنَ بِاَ فْوَاهِكُمْ مَّا لَـيْسَ لَـكُمْ بِهٖ عِلْمٌ وَّتَحْسَبُوْنَهٗ هَيِّنًا ۖ وَّهُوَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمٌ
Artinya : “(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.” (QS. An-Nur 24: 15)
Betapa besarnya dosa orang-orang yang berbohong, mengatakan sesuatu, namun padahal ia tidak mengetahui. Bagi seorang muslim menjaga kehormatan sesama Muslim berarti menjaga keutuhan jalinan persaudaraan. Karena itu, Rasulullah ﷺ mengharamkan bagi seorang Muslim merusak kehormatan saudaranya.
Allah ﷻ berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ جَآءَكُمْ فَاسِقٌ بِۢنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْۤا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِۢجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
Artinya, : “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”(QS. Al-Hujurat 49: 6)
Sesungguhnya ghibah merupakan keinginan untuk menghancurkan dengan menodai diri, kemuliaan, kehormatan orang lain ketika mereka sedang tidak ada di hadapannya.
Hal ini menunjukan kelicikan dan kepengecutan pelaku ghibah, sehingga Islam melarang ghibah karena ghibah sama saja menusuk dari belakang. Sungguh, belenggu ghibah ada disekitar kita, mohonlah kepada Allah ﷻ agar kita terlepas dari lilitan bahaya ghibah.
Penulis Anggota Komisi Ukhuwah MUI Sumatera Utara.
Pengurus PW Persis Sumatera Utara.