persatuannews.com. Jenazah diusung dalam kerenda menuju pemakaman. Mira, sigadis kecil terlihat terisak-isak disamping bundanya yang masih terkulai lemas, diusap-usap Uminya kepala Mira “sabar ya nak, ini takdir ayah”, ujar Umi Mira. Dikejarnya kerenda jenazah sambil terus memanggil-manggil “ ayah, ayah….., janganlah tinggalkan Mira.., ayah sudah janji selalu menemani Mira”, isak tangisnya sangat menyentuh para pelayat yang datang saat itu. Sabran Ali jelas tertulis dipapan nisan, usia 32 tahun, meninggal Senin, 31 September 2023. Melihat iring-iringan jenazah lewat depan rumahnya, Umar Al Akbar yang duduk diteras rumah bangkit ikut serta dalam iring-iringan. “Ayah, mengapa begitu singkat umurmu?” ratap Mira gadis kecil yang turut mengikuti iring-iringan jenazah itu. Umar Al Akbar melihat Mira bersedih, hatinya merasa tergugah. Takdir telah menentukan bahwa Mira harus kehilangan seorang Ayah.
Pada esok hari, ketika Umar Al Akbar sedang berdiri dihalaman rumah, Mira sigadis kecil itu lewat lagi menuju makam. Mira berlari-lari kecil sambil meratap dan menangis menuju makam ayahnya. Hal itu membuat Umar ingin tahu apa gerangan yang dilakukan Mira dan mengikutinya dari belakang. Di pemakaman, Umar melihat gadis kecil itu duduk disudut makam ayahnya sambil memagangi nisan, pipinya diletakkan diatas gundukkan tanah. Dari balik persembunyiannya Umar mengikuti apa yang dilakukan gadis kecil itu, dan ia mendengar jelas kata-kata yang diucapkan.
“Ayah, malam ini engkau terbaring sendiri dikegelapan, pasti gelap dan sepi sendiri. “Pada malam kemarin saat malam tiba lampu kamarmu Mira yang menyalakan. Tapi sekarang, siapakah yang bisa membatumu menghidupkan lampu, dan siapa pula yang menemanimu? Ayah, kemarin aku dan Umi yang membersihkan alas tidurmu, tapi sekarang siapakah yang menggelarkan kasurmu dan membersihkannya?, malam-malam kemarin Umi dan aku bisa memijitimu, sekarang siapakah yang memijitimu?,” kata-katanya terdengar memilukan.
Umar yang mendengarkan dari tempat persembunyiannya menjadi trenyuh. “Jika kemarin Ayah meminta makan dan Umi yang menyediakan, apakah Ayah kemarin minta makan?, dan siapa pula yang menyediakan?, dulu Umi selalu memasak makanan kesenangan ayah, tetapi kemarin siapa yang memasakan untukmu?”.
“Ayah, bagaimana kubur ayah, luaskah ataukah menyempit?. Dan kuburan itu merupakan secuil taman dari taman surga, tetapi bisa merupakan sebuah lubang dari lubang neraka, bagaimana kuburan ayah?”. Taman surga ataukah lubang neraka? Ayahku, katanya bahwa liang kubur bisa menghangati mayat dengan memeluknya seperti pelukan ibu terhadap anaknya, tetapi juga bisa merupakan lilitan ular yang meremukkan tulang-tulang”. ujarnya lagi.
Baca juga :
- Daya cipta. yang Berilian
- PMuhammad Nuh Gelar Diskusi Terkait Isue Penggunaan Dana Zakat Untuk Program MBG
- Musyawarah Bersama Persis Sport Group: Mendukung Dakwah Jam’iyyah PERSIS
“Bagaimana keadaan tubuh ayah sekarang ?. Ayah, orang shaleh mengatakan, orang dikebumikan itu ada yang menyesal mengapa dulu semasa hidupnya tak memperbanyak amal, justru menjadi pendurhaka, dan banyak melakukan maksiat. Ayah, orang-orang alim mengatakan bahwa semua hamba ditanya tentang imannya. Ayah, apakah ayah termasuk orang yang menyesali karena perbuatan maksiat atau menyesal karena sedikit melakukan amal kebaikan?. “Kini engkau telah berpisah denganku, dan tak akan berjumpa sampai hari kiamat. Doa’ku semoga Allah tak membentangkan hijab antaraku dan engkau ya ayah.”, ujar Mirah.
Tak tahan mendengar ratapan-ratapan mengharukan Mira, Umar keluar dari persembunyiannya dan mendekati gadis itu, tak terasa air matanya menetes jatuh karena haru. “Mira,…ratapanmu sangat menyentuhku, sungguh nak jangan lagi merapat seperti itu,” kata Umar setelah berusaha menenangkan hati Mira.
“Seharusnya ucapkanlah kata-kata seperti ini, “Ya Rabb, ampunilah dosa-dosa ayahku, lapangkanlah kuburnya, terangilah quburnya, lepaskanlah ia dari siksa qubur, terima amal ibadahnya, tempatkanlah dia disebaik-baik tempat kembali, golongkan ia pada golongan hamba-hamba-Mu yang beramal shaleh ”, nasihat Umar lagi. Mira terus saja mendengarkan ucapan yang diucapkan Umar.
Nasehat Umar Al Akbar kepada Mira sungguh menyentuh hatinya, “maafkan aku, aku tak tahu apa yang pantas diucapkan kepada jenazah dalam qubur, terima kasih ustad” kata Mira, sambil meninggalkan makam ayah tercinta.
Penulis : Pengamat Sosial