persatuannews.com. Setiap orang mengenal Ust. Abdallah Al Farouk, pasti menyebutnya sebagai seorang laki-laki ahli ibadah yang santun dan waroq. Ia memimpin Padepokan Akhlakul Karimah, Pendidikan akhlak, kesehatan dan kompleks pemondokan gratis untuk masyarakat. Setiap ia ke Surau dipojokan selalu berdiri sesosok laki-laki kurus duduk berzikir, dipojokan mihrab. Ustad Abdallah melihat sosok laki-laki warok yang selalu datang lebih awal darinya setiap hari, “laki-laki ini luar biasa, ahli ibadah, setiap masuk waktu dia selalu hadir lebih awal”, guman Ustad Abdallah dalam hati.”
Dialah Al-Dhaabah, laki-laki yang baru sebulan hadir ditengah jamaah, orangnya pendiam lafaz zikir selalu tertengar dari mulutnya. Rambutnya sebahu tersisir rapi tertutup lobi putih, Aroma parfum memancar dari pakaiannya. Biji tasbih secara berlahan mengitari jemari kanannya.
Selesai salam Abdallah menyapa Al-Dhaabah, “ assalamualaikum ya ahli ibadah, sambil menjabat tangan Al-Dhaabah”, waalaikum salam,” jawab laki-laki parobaya tersebut kepada Ustad.” Afwan saudaraku, boleh aku bertanya ?”, ucap Ustad membuka pembicaraan “ silahkan saudaraku “, jawab Al-Dhaabah dengan santunnya “ aku melihat antum sejak awal, beri’tikaf dan selalu datang terlebih dulu, pulang paling akhir tempat ini”, katanya lagi. “ya” jawab Al-Dhaabah singkat.” maaf saudaraku, aku tak berani bercerita, aku takut jadi ria, terlalu banyak dosaku kepada-Nya” sambungnya lagi.
Jawaban ini membuat Ustad Abdallah semakin ingin bertanya lebih jauh,” tolonglah, ceritakan padaku bagaimana sampai antum bisa begitu khusuk beribadah”. Ustad Abdallah mendesak terus akhirnya Al-Dhaabah bercerita. “ dulu, aku ini penjahat besar, peminum, pezinah, perampok, pembunuh, bahkan hampir semua kejahatan telah kulakukan, namun, hidayah-Nya telah menjadikanku seperti ini”, jawab Al-Dhabah menunduk dengan perasaan bersalah”, tutur nya lagi, “ setiap aku ingat akan masa lalu, aku bersimpuh mohon ampunan, itu terus menerus kulakukan, “ jawabnya sambil bercucur air mata. “aku ingin tawaduk seperti antum, bagaimana caranya “, kata Ustad Abdallah.
Baca juga :
Seakan berfikir keras Al-Dhaabah memberikan saran dengan setengah berbisik penuh kelembutan, “lakukanlah sebagaimana kulakukan, lalu bertobat”, jawabnya penuh meyakinkan, “kalau berzina saja?”, kata Al-Dhaabah, “tak mungkin”,jawabnya, “merampok ?”,“oh itu tidak“, jawabnya lagi, “ membunuh ? kata Al-Dhaabah lagi, ” jangan, itu menghilangkan nyawa “,jawab Ustad Abdallah,”yang paling ringan minum segelas wine”, katanya memastikan yang paling ringan untuk dilakukan. Perbincangan ba’da Ashar itu menakutkan bagi Abdallah.
Di kompleks Padepokan ini sedang opname seorang pasien, putri seorang pengusaha Tambang. Annasa Al-Jamillah yang sedang menjalani pengobatan. Ustad Abdallah, yang menangani langsung pengobatan kejiwaan kronis yang sedang dihadapi Annasa Al Jamilah.
Selama ini Annasa hidup dalam kemewahan, ia kecanduan wine, dirumahnya yang bagai istana dan lupa kepada Allah, maka syetan mudah masuk ke dalam dirinya. Hati sang puteri digoncang hingga jiwanya sakit. Orang tuanya bingung kemana ia harus mengobati puteri kesayangannya. Syetan menemui orangtua Annasa dengan menyamar sebagai Al Dhaabah. Katanya Ustad Abdallah Al-Al- Farouk dapat mengobati dan menyembuhkan orang sakit dengan do’a-doanya. Orangtua Annasa pun akhirnya mengirim putrinya kepada sang ahli ibadah yang terkenal juhud itu.
Ustad Abdallah Al-Farouk menerima sang puteri tersebut dan mengobatinya, sang puteri sembuh. Saat di bawa pulang. Di perjalanan, syetan datang lagi menggoncangkan hati puteri itu, sakitnya kambuh lagi. Lalu syetan yang menyamar sebagai orangtua yang bijak memberi saran, “Sebaiknya siputeri tidak dibawa pulang, biarkan saja ia tinggal dikompleks padepokan itu, sampai sembuh”. Maka sang puteri tinggal di Padepokan.
Setiap harinya Ustad mengontrol Annasa. Ia sangat menjaga syahwatnya, terlebih didekatnya ada perempuan cantik. Syetan berbisik, “mengapa harus asisten yang mengantar makanan dan obatnya?. Apa efek psikologis terhadap pasien?, Sesekali wajar pasien bertatapan dengan tabibnya”. Bisik Syetan. Setelah dipikir-pikir, Ustad membenarkan bisikan syetan. Kini sesekali ia mengantarkan makanan, mengetuk pintu, masuk, dan memberikan makanan. Lalu syetan berbisik lagi, “Mengobrolah di dalam kamarnya agar tidak terjadi fitnah bagi orang lain.”. “ah itu haram, tak boleh dilakukan, tapi benar juga, kenapa aku tidak melakukannya?” pikirnya lagi.
Didalam ada sebotol wine, “minumlah, hanya segelas wine, hanya segelas, pasti tidak memabukan, ah itu barang haram, tidak boleh, tapi aku ingin tahu apa rasanya,” gumannya dalam hati. Akhirnya segelas wine diteguknya. Selang beberapa saat kepalanya terasa berputar, sedikit pening, setan-pun masuk. “lihatlah betapa cantiknya wanita ini, kau boleh memilikinya, dia butuh perhatianmu, lakukan, lakukanlah”, bisik syetan penuh kelembutan.
Karena kecantikan dan kemolekan wajah Annasa Al Jamilah menggoda hati, iman Ustad Abdallah mulai goyah, hingga akhirnya terjerumus dalam kemaksiatan. Ia zinahi sang puteri. Tadinya ia menyesal, namun pada saat yang sama syetan menyimpangkannya dan ia mengulangi lagi hingga berulang-ulang. Sang puteri itu hamil.
Karena takut ketahuan ia berzinah, Ia-pun kebingungan, kemudian si syetan datang menakut-nakuti dan berbisik, “Ustad, celaka kamu, telah menghamili perempuan yang bukan haqmu. Sebaiknya sekalian kamu bunuh saja dia. Lalu kuburkanlah dia baik-baik. Katakan kepada orangtuanya, putrinya meninggal karena sakit, habis perkara”. Bisik syetan lagi. Atas hasutan dan rayuan manis syetan, maka sang puteri itu ia bunuh.
Pada saat bersamaan, syetan datang memberitahu orang tua sang putri bahwa puterinya telah dibunuh. Akhirnya, Abdallah ditangkap, digiring di alun-alun kota. Dalam keadaan galau akan dieksekusi mati. Si syetan tiba-tiba muncul dalam sel, “Aku akan membantumu keluar dari tempat ini asal kamu bersujud kepadaku”. “Bagaimana aku bersujud kepadamu sementara aku dirantai begini?”, katanya. Syetan menjawab,”cukup niatkan saja, beri tanda dengan matamu. Sekarang syetan menyuruh anak Adam bersujud kepadanya.
Sang ahli ibadah itu-pun menurut, “baiklah sekarang aku bersujud kepadamu”. Sesaat kemudian syetan berkata,” rasakan kesesatanmu, sekarang aku berlepas diri darimu, sebab aku takut kepada Allah, sementara kamu tidak takut sama sekali akan azab-Nya”. Kemudian, Ustad Abdallah Al-Faraok mati dipancung dalam keadaan sesat, melakukan perzinahan dan pembunuhan.
- Penulis : Tauhid Ichyar, Pengurus PW PERSIS (Persatuan Islam) Sumatera Utara
- Anggota Ukhuwah Islamiyah MUI Sumatera Utara