Medan-Persatuannews.com. Milad ke 107 Persatuan Umat Islam (PUI) dan keberlangsungan Muktamar ke-15 yang akan diselenggarakan di Jakarta dan Medan, ini bukan saja perhelatan dan seremonial belaka bagi sebuah ormas namun, merupakan momentum yang bernilai historis dalam konteks kekinian dimana dunia sedang disuguhkan pemandangan tentang ketidak adilan, pelecehan, dan pertumpahan darah, yang merenggut nyawa-nyawa tidak berdosa.
PUI lahir di awal abad ke-20 dimana kolonial Belanda datang dan menciptakan kondisi kemiskinan sistemik, terstruktur.
Sejarah mencatat bahwa PUI lahir tahun 1917 pada saat itu lebih 65 persen penduduk pribumi hidup di bawah garis kemiskinan, sementara angka buta aksara mencapai 93%, kondisi seperti ini penjajah dapat mengeksploitasi penduduk pribumi.
Dalam kondisi keprihatinan tersebut KH. Abdul Halim, KH Ahmad Sanusi, dan Mr. R. Syamsuddin pada tanggal 21 Desember 1917 (6 Rabi’ul Awwal 1336 H mendirikan PUI fusi dari dua organisasi: Jam’iyyah Hajatoel Qoeloeb kemudian menjadi (Persyarikatan ‘Oelama dan Al-Ittihadijatoel Islamiyah).
Baca Juga :
- Penandatanganan Komitmen Bersama BMKG Dan Para Mitra
- Jangan Abaikan Masa Senjamu
- Kisah akademisi asal Gaza, pelarian dan harapan
Pendirian ini merepresentasikan respons kaum intelektual terhadap kolonialisme yang telah merampok kedaulatan politik, tetapi juga menciptakan “kolonisasi epistemologis” yang menggerus kesadaran berbangsa dan bernegara.
Para Founding Father PUI sangat-sangat menyadari bahwa perjuangan melawan kolonialisme membutuhkan pendekatan secara komprehensif, tidak hanya mengandalkan perlawanan fisik, namun yang tidak kalah penting nya adalah penyadaran intelektual, spiritual, dan ekonomi.
Strategi Dakwah Kultural PUI
PUI dalam hal ini menggunakan pendekatan kultural dalam melakukan dakwah, dengan mengedepankan nilai-nilai Islam yang universal dan mengedepankan kearifan lokal (local wisdom).
Mengembangkan kegiatan pendidikan yang berbasis nilai-nilai Islam dan memprakarsai pendidikan yang berkualitas. PUI berperan dalam mengembangkan kegiatan sosial yang berbasis nilai-nilai Islam dan mengedepankan kegiatan sosial yang bermanfaat.
Dakwah Kultural PUI
Dakwah kultural dapat mengembangkan budaya Islam yang moderat. Dengan demikian, PUI memiliki peran penting dalam dakwah kultural di Indonesia sebagai mana, Ormas lainnya seperti, Muhamadiyah, Persis, NU, Al Irsyad, Al Washliyah, dan Ormas lainnya.
Sebuah ormas diharapkan kemandirian dalam mengelola jamaahnya, yang perlu diperhatikan dan menjadi isu menarik adalah :
- Mengembangkan Ekonomi Syariah, PUI dapat berperan dalam mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia, dengan mengembangkan usaha-usaha yang berbasis syariah.
- Menghadapi tantangan global, PUI dapat mengkampanyekan bagaimana perubahan iklim dapat mengancam keberlangsungan kehidupan di planet yang kita huni ini, kemudian bersama seluruh elemen masyarakat bergerak bersama dalam memitigasi perubahan iklim.
- Tidak kalah menarik adalah bagaimana PUI berperan bersama pemerintah, dan semua elemen masyarakat mengentaskan kemiskinan, dan konflik yang terjadi baik di dalam negeri maupun di dunia internasional dan berkontribusi terhadap perjuangan rakyat Palestina mengusir penjahat perang Zionis dari tanah kaum muslimin yang diberkahi.
Penulis: Abdul Aziz
Sekretaris Dewan Syariah Wilayah PUI Sumut.