Adzando Davema Ungkap Tantangan dan Makna Dakwah dalam Film “Cinta dan Sejarah”

Bandung-persatuannews.com. Film Cinta dan Sejarah kini memasuki tahap pascaproduksi, setelah menyelesaikan proses syuting tahap kedua yang berlangsung lebih besar dan melibatkan banyak aktor serta kru profesional.

Di tengah padatnya jadwal produksi, persis.or.id berkesempatan mewawancarai pemeran utama film ini, Adzando Davema, seorang pemuda kalem kelahiran Padang, Sumatera Barat, tahun 1998. Pemilik nama lengkap Adzando Chrisdavema Zaelani ini dikenal luas sebagai musisi religi dengan single populer seperti Nikmat Syukur dan Ashshubhu Bada. Ia juga aktif meng-cover lagu-lagu bernuansa Islami dan memiliki lebih dari 900 ribu pengikut di Instagram.

Adzando dipercaya memerankan tokoh Fatih, seorang jurnalis muda dalam film Cinta dan Sejarah, yang mengangkat kisah berlatar perjuangan dakwah dan sejarah Persatuan Islam. “Awalnya saya ragu menerima tawaran ini, karena film ini mengangkat tokoh besar dari salah satu ormas Islam, yakni Persatuan Islam. Ada unsur religi yang sangat kuat,” ujar Dzando.

Namun setelah memahami visi dan pesan film, hatinya tergerak. “Ternyata film ini membawa pesan dakwah yang sangat dalam. Setelah berdiskusi dengan manajer dan orang-orang terdekat, saya pun mantap menerima peran ini,” lanjutnya.

Baca Juga :

  1. Wamendikdasmen kunjungi Islamic Boarding School Persis Ash-Shiddiqin PPI343
  2. Wamendikdasmen Prof Atip Latipulhayat, PUI Adalah Mitra Pemerintah Dalam Pendidikan.
  3. Kurban Dengan Seekor Kambing Terbaik.

Dalam mempersiapkan diri sebagai Fatih, Dzando mengaku melakukan riset mendalam. “Karena Fatih adalah seorang jurnalis, saya mencoba memahami karakteristik jurnalis: bagaimana cara berpikir, bertindak, dan menyampaikan informasi. Karakter ini juga saya bangun dari arahan naskah dan masukan dari sutradara, Kang Teddy,” jelasnya.

Meskipun tokoh Fatih adalah fiksi, perannya tetap menuntut penjiwaan yang serius. Dzando menyebut pengalaman di film ini berbeda dibandingkan peran-peran sebelumnya. “Di film ini, saya mendapat tantangan yang baru. Banyak scene yang berbeda dari film sebelumnya. Yang paling berkesan adalah suasana syuting yang hangat, penuh kekeluargaan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.”

Saat ditanya tentang karakter Fatih, ia menjelaskan: “Fatih itu ambisius, suka berdebat, dan penuh idealisme. Agak jauh dari pribadi saya yang cenderung kalem,” ungkapnya sembari tertawa.

Dzando berharap film Cinta dan Sejarah dapat menjadi wasilah dakwah yang menyentuh hati masyarakat luas. “Semoga pesan-pesan kebaikan dalam film ini bisa diterima, khususnya oleh warga Persatuan Islam, dan juga oleh masyarakat umum karena nilainya universal,” pungkasnya.