Medan-persatuannews.com. Hidup, sepenuhnya menjadi rahasia Sang Pencipta, Penguasa langit dan bumi, menghadirkan fragmen demi fragmen penuh makna. Namun satu yang senantiasa tak pernah sirna dan tetap ada: adalah cinta tanah tanah air, cinta negeri ku, negeri kita.
Tatkala mimpi sudah dirangkai, maka ikhtiar pun dihadirkan untuk mewujudkannya. Dalam konteks yang lebih luas, ini dapat diartikan pentingnya menjaga keseimbangan antara tujuan dan tindakan nyata untuk merealisasikan.
Filosofi ketika Matahari tenggelam adalah, apabila tugas seorang pemimpin usai, jangan risau akan muncul pemimpin-pemimpin baru yang akan menggantikan posisi kita.
Hidup bukan sekedar mengisi waktu, tetapi lebih dari itu tetapi menghidupkan makna.
Bukan soal aman, bukan soal nyaman dan stabil, tapi juga berani mengeksplorasi, hidup butuh irama, melangkah ke hal yang baru dan berani keluar dari jalur biasa.
Hasan Al-Banna pernah menyampaikan: “Mimpi kita hari ini adalah kenyataan hari esok” Kalimat tersebut menekankan pentingnya memiliki visi yang jelas dan bekerja keras untuk mewujudkannya.
Ada suatu kisah yang terkadang membuat perasaan kita membuncah; Pada suatu hari, Umar ibn Khatab saat menjadi Khalifah, ia berjumpa dengan seorang perempuan di jalan.
Ia berkata, Hai Umar, dulu kau dipanggil Umair (Umar kecil) kemudian engkau dipanggil Umar, kemudian engkau dipanggil Amir al- Mu’minin taqwalah engkau kepada Allah!. Karena barang siapa yang meyakini adanya kematian, ia akan banyak beramal karena takut kehilangan kesempatan. Dan barangsiapa meyakini adanya perhitungan maka, ia pasti takut pada siksa.
Baca Juga :
- Forum Relawan Sumatera Utara Laksanakan FGD
- KONI Pematang Siantar Periode 2025-2029 Riau Alexander Siahaan :Jangan Cengeng “Mari Fokus Berlatih Kita Bangun Prestasi.
- Cuaca Kota Medan Cukup Panas: Ini Penjelasan BBMKG Wilayah I
Umar menyimak nasehat wanita itu sambil berdiri dalam waktu lama, kemudian Umar ditanya, “Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau berdiri seperti itu?” Umar menjawab, Demi Allah, sekiranya beliau menahan ku dari permulaan siang hingga sore, aku tidak bergeser kecuali untuk sholat fardhu”.
“Tahukah kalian siapa perempuan renta ini?, Dia adalah Khaulah bin Tsa’labah. Allah mendengar perkataannya dari tujuh lapis langit lantas Umar abai ?”. Khaulah binti Tsa’labah berasal dari kalangan perempuan Anshor. Doa dan gugatannya di dengar Allah sebab turunnya surah Mujadalah ayat 1-4″. terang Umar
Kisah ini tidak hanya menunjukkan kemuliaan Khaulah, melainkan juga keindahan adab Umar, sebagai seorang pemimpin yang memiliki hati yang sangat lapang (Usman Jakfar: Politik Islam dalam Al-Quran).
Kita tidak bisa mengatur waktu, tapi bisa memilih untuk menggunakannya dengan penuh kesadaran. Fokus pada tujuan dan sederhanakan prioritas. Jalani hidup agar bertumbuh di tengah ketidaksempurnaan.
Dan,” Perjuangan itu dirancang oleh orang-orang pintar, dilaksanakan oleh orang-orang yang ikhlas, dan dimenangkan oleh orang-orang pemberani.”
- Penulis : Abdul Aziz, ST
- Pembina Yayasan Anugerah Hijau Indonesia-Ku