NAPAK TILAS PEMIKIRAN DAKWAH KH. HILMI AMINUDDIN

Medan-persatuannews.com
Kehilangan sosok ‘founding father’ sekaligus ‘good father’, bukanlah peristiwa biasa. Terlalu banyak kesedihan, kenangan atas kehilangan panutan. Salah seorang peletak dasar dakwah yang sangat kharismatik, dan menempati relung terdalam dari setiap orang yang pernah mendapat sentuhan lisannya.

KH. Hilmi Aminuddin adalah sosok fenomenal banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari keteladanannya, beliau adalah oase yang tak bertepi, visioner dan dapat menyederhanakan permasalahan yang rumit sekali pun

Ustadz Hilmi adalah seorang dai, bukan cuma memiliki nasionalisme yang kuat, juga humanisme,
murabbi (pendidik) dari para pendidik, pembimbing yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kepribadian seseorang.

Beliau mengatakan aset yang sangat penting adalah sumber daya manusia, kita tidak mungkin melakukan berbagai upaya yang dicita-citakan kalau tidak punya kekuatan SDM

Kekuatan sumber daya manusia berbanding lurus dengan upaya pembinaan dan soliditas.Potensi SDM akan berserakan dan tidak bisa dihimpun menjadi satu kekuatan bila tidak ada pembinaan.
Agar potensi tersebut terhimpun dari berbagai unsur dalam organisasi dibutuhkan pembinaan yang baik dan berkesinambungan.

Keberhasilan proses pembinaan akan mendatangkan kemenangan dan kesuksesan, dengan pembinaan akan muncul kekuatan untuk menggapai cita-cita.

Beliau menekankan dalam konteks penanaman nilai, harus ada nilai dan sikap yang ditumbuhkan.
Organisasi apa pun akan kokoh apabila SDM yang ada di dalamnya selalu mendapat pembinaan yang berkesinambungan dan terprogram.

Bagaimana kita bisa berjuang untuk masyarakat kalau kita sendiri tidak punya pijakan yang kokoh.
Bahwa orang yang tidak punya sesuatu tidak dapat memberi (Faqidusy-sya’i la yu’thi).

Cara terbaik dari suatu organisasi adalah memadukan semua potensi yang ada, baik potensi generasi tua maupun potensi dari generasi muda.
Kadang kala kita menemukan ada saja orang yang mendikotomikan atau mempertentangkan antara kedua hal tersebut.

Ada kelompok anak muda yang ingin meninggalkan para generasi tua karena dirasa tidak lagi berguna. Ada kelompok orang tua yang mengatakan bahwa anak muda tidak mengerti apa yang mereka lakukan dan tidak sesuai harapan. Ada kelompok generasi tua yang tidak suka dengan kehadiran generasi muda karena merasa tergantikan. Ada pula generasi muda yang tidak suka generasi tua karena dirasa selalu menghambat kemajuan.

Cara pandang seperti itu tentu tidak baik. Apabila itu terjadi, maka mereka tidak akan bisa berada dalam kondisi yang solid.
Apalagi bila ada jargon yang sengaja dihembuskan: SUDAH SAATNYA ANAK MUDA MEMIMPIN.

Dalam konteks menjaga soliditas, hal yang harus kita lakukan adalah meletakan orang tua dan generasi muda pada posisinya masing-masing. Kedua generasi itu harus saling bergandeng tangan untuk mewujudkan cita-cita bersama.
Peran orang tua sebagai motivator, penjaga kebijaksanaan, sementara generasi muda adalah pelopor, yang melakukan kegiatan secara dinamis, aktif, kreatif, inovatif, kritis dan analitis.

Generasi muda memiliki semangat yang luar biasa, sedangkan generasi tua ada dalam posisi yang kaya dengan wawasan sejarah, yang mengerti bagaimana dahulu organisasi ini ditumbuhkan dalam sejarah panjang masa lalu. Tugas orang tua menyambungkan semua itu.

Ustadz Hilmi mengistilahkan dengan: kebijaksanaan orang tua di dalam semangatnya anak muda, dan semangatnya anak muda di dalam bimbingan orang tua. Inilah cara pandang syumuliah yang menghimpun semua potensi.

Napak tilas pemikiran dakwah Ustadz Hilmi bukan dalam rangka pengkultusan, melainkan untuk mengambil ibrah, pelajaran, inspirasi, agar mendapatkan banyak kemanfaatan dari yang pernah beliau perjuangkan.

Beliau adalah tokoh kharismatik pelopor dakwah tarbiyah di Indonesia, dikenal sederhana, tegas, dan memiliki visi politik Islam yang kuat.
Sosok fenomena yang tiada habis untuk diambil pelajaran dan keteladanan. Selalu saja ada tarbiyah, mauizah, dan inspirasi yang dapat kita petik.

Goresan sederhana ini tidaklah cukup menggambarkan keteladanan seorang muasis dakwah, ini hanya pemantik bagaimana para murid-muridnya dapat mengambil alih estafeta dakwah antara lain melakukan Memorial Lecture untuk mengenang sosok yang inspiratif bagi banyak orang.
Guru… tunai sudah tugasmu, kau tumpangkan tanggungjawab di pundak-pundak ringkih kami… Selamat beristirahat guru peradaban.

Penulis: Abdul Aziz
Pemerhati sosial dan lingkungan