Jakarta-persatuannews.com. Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Timur Tengah dan Afrika mengadakan simposium Pendidikan Islam pertama kali di Indonesia. Biasanya kegiatan yang beranggotakan mahasiswa Indonesia di 20 negara ini dilaksanakan di negara tempat mereka belajar, seperti di Mesir dan lainnya.
Pada hari Selasa, 26 Agustus 2025, Simposium menghadirkan Dr. H. Hidayat Nurwahid sebagai keynote speaker, narasumber Prof.Dr Amani Burhanuddin Lubis, MA (mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) serta KH Muhammad Nuh, MSP anggota DPD RI perwakilan Sumatera Utara.
Dr Hidayat menyampaikan, bahwa era digital tak bisa dielakkan. Oleh karena itu kita manfaatkan untuk hal-hal yang positif. Prof Amani Lubis mengingatkan, pemanfaatan digital, khususnya AI, jangan sampai dijadikan rujukan utama, apalagi seperti dipertuhankan.
Muhammad Nuh menyampaikan, perlu sinergi antara Pemerintah sebagai regulator dan pengarah teknologi di era digital, Dunia Teknologi sebagai inovator dan Lembaga Pendidikan sebagai penyedia ilmu dan SDM yang unggul.
Ketiga Pilar ini bagaikan tiga sisi piramida yang saling menopang.
Tanpa regulasi yang jelas dari Pemerintah, inovasi akan liar.Tanpa inovasi, pendididkan hanya akan menjadi teori. Dan tanpa pendididkan yang berbasis nilai, teknologi bisa kehilangan arah dan tanpa ruh.
Baca Juga :
- Karena Semua itu Ada Batasnya
- Pimpinan Wilayah Persis Sumatera Utara Selenggarakan Rapat Koordinasi
- Gempabumi Tektonik M5,3 Di Samudera Hindia Pantai Barat Sumatera, Tidak Berpotensi Tsunami
Lebih lanjut beliau menyampaikan, perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di bidang pendidikan. Namun juga membuka peluang baru dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara inklusif, efisien, dan berkelanjutan.
Ditengah arus digitalisasi, dunia pendidikan dituntut agar mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi secara bijak untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara Intekektual, tetapi juga kuat secara spritual dan berakhlaq mulia.
Dalam konteks masyarakat Islam, transformasi digital perlu diarahkan untuk mendukung terbentuknya pribadi-pribadi yang inovatif dan berkarakter yang mampu menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan identitas dan nilai-nilai keIslaman.
Pendidikan Islam di era digital harus mampu mengintegrasikan kecanggihan teknologi dengan penguatan karakter etika, dan moral. Dengan demikian, masyarakat Islam tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga mampu menjadi pelopor dalam menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi umat dan bangsa,” tutup M. Nuh.
Pewarta: M. Ashshidiqqi
Editor: Abdul Aziz