Menjaga Lingkungan Hidup

Kondisi ini dialami oleh berbagai negara termasuk Indonesia. Ketika musim panas, terjadilah kekeringan bahkan kabut asap, sebaliknya ketika musim hujan terjadi banjir yang menimbulkan banyak korban. Meskipun tidak terjadi pada setiap wilayah, tetapi hal itu menunjukkan adanya problem lingkungan yang akut.

persatuannews.com. Permasalahan lingkungan hidup merupakan masalah global yang disadari atau tidak merupakan masalah serius dan kompleks yang menjadi prioritas setiap negara.

Dengan semakin padatnya jumlah penduduk, terbatasnya sumber daya alam, penggunaan teknologi modern dalam mengeksploitasi alam secara semena-mena dan tak terkendali mengakibatkan semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup.

Allah ﷻ berfirman :

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Artinya : “Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu krikil, dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur (halilintar), dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ankabut 29:40)

Terkikisnya lapisan ozon, ketidak-seimbangan ekologis yang pada gilirannya akan membahayakan kelangsungan hidup (Busriyanti, 2016: 260).

Kondisi ini dialami oleh berbagai negara termasuk Indonesia. Ketika musim panas, terjadilah kekeringan bahkan kabut asap, sebaliknya ketika musim hujan terjadi banjir yang menimbulkan banyak korban. Meskipun tidak terjadi pada setiap wilayah, tetapi hal itu menunjukkan adanya problem lingkungan yang akut.

Sungguh, tidak sedikit yang mempertanyakan bagaimana mungkin terjadinya bencana alam dikaitkan dengan sikap moral, kemaksiatan, kesyirikan, hal-hal yang bukan aktifitas fisik, bahkan terasa sangat abstrak.

Bagi hamba-hamba yang beriman tentunya lebih mudah memahami kenapa bencana alam terjadi, namun bagi orang-orang kafir yang tidak mengimani Allah SWT dan Rasul-Nya hal ini menjadi sulit dicerna akalnya.

Allah ﷻ berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Artinya : “Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy-Syuura 42:30)

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata, “Allah Ta’ala memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan.

Allah ﷻ berfirman :

{ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}

Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum 30:41).

Allah ﷻ menyatakan bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi, dalam berbagai bentuknya, penyebab utamanya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia.

Sungguh, ini menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti dari kerusakan yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi.

Bahkan, apabila musibah dan kerusakan yang terjadi dalam rumah tangga, seperti tidak rukunnya hubungan antara suami dan istri, serta seringnya terjadi pertengkaran di antara mereka, penyebab utama semua ini adalah perbuatan maksiat yang dilakukan oleh sang suami atau istri.

Ibnul Qayyim dalam kitab ad-Da-u wad dawaa’ mengatakan, “Sungguh (ketika) aku bermaksiat kepada Allah, maka aku melihat pengaruh buruk perbuatan maksiat tersebut pada tingkah laku istriku”.

Allah ﷻ menamakan orang-orang munafik sebagai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, karena buruknya perbuatan maksiat yang mereka lakukan dalam menentang Allah ﷻ dan Rasul-Nya.

Allah ﷻ berfirman :

{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ، أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ}

Artinya : “Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar” (QS Al-Baqarah 2:11-12)

Semoga Allah ﷻ menganugrahkan kita akhlak mulia. Hamba-hamba-Nya yang memelihara lingkungan hidup, menjaga bumi dari kerusakan dan menyeru manusia kembali kepada fitrahnya.

  • Penulis : Tauhid Ichyar, Ka.Kantor Perwakilan LAZ PERSIS Sumatera Utara
  • Pemerhati Lingkungan Hidup