Medan-persatuannews.com. Sungguh insan yang jenius adalah seseorang yang memiliki kecerdasan atau bakat luar biasa yang melampaui rata-rata IQ manusia, mampu menciptakan karya orisinal yang signifikan atau memecahkan masalah dengan cara yang unik dan berdampak besar pada masyarakat.
Allah ﷻ berfirman :
اِنَّ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَاخۡتِلَافِ الَّيۡلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الۡاَلۡبَابِ ۚۖ ١٩٠
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (QS Ali Imran 3:190)
Hal ini bukan hanya tentang skor IQ tinggi, tetapi lebih kepada kemampuan menerapkan kreativitas, pemikiran imajinatif, dan pola pikir yang berbeda untuk menghasilkan perubahan, seperti yang dijelaskan dalam Wikipedia dan Britannica.
Sedangkan Al-Qur’an melihat kecerdasan manusia sebagai potensi pemberian Allah yang harus dikembangkan secara maksimal. Konsep-konsep kecerdasan dalam Al-Qur’an mencakup kemampuan intelektual dan juga aspek spiritual serta moral.
Baca juga :
- Bakhil Yang Dipelihara
- Pejuang Palestina Kalian Adalah Inspirasi Bagi Banyak Orang
- Jangan Abaikan Masa Senjamu
Insan yang cerdas menurut Al-Qur’an adalah mereka yang memiliki ilmu, mampu menggunakannya kejeniusannya untuk kebaikan dunia dan akhirat, beriman, dan mengamalkan ilmunya untuk kemaslahatan umat.
Sungguh kecerdasan setiap insan adalah kemampuan dalam memecahkan masalah dan menciptakan produk yang berguna, dan secara umum terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan teori kecerdasan majemuk, yaitu linguistik, logis-matematis, spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial.
Allah ﷻ berfirman :
الَّذِيۡنَ يَذۡكُرُوۡنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوۡدًا وَّعَلٰى جُنُوۡبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُوۡنَ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ١٩١
Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (QS Ali Imran 3:191)
Allah ﷻ memberikan akal kepada manusia yang dilengkapi juga dengan kecerdasan yang bertujuan untuk dapat menjawab semua permasalahan yang dihadapi manusia. Setiap manusia diberikan anugerah akal yang dilengkapi dengan kecerdasan oleh Allah ﷻ untuk mengelola kehidupan sesuai dengan apa yang telah menjadi tuntunan Tuhan.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya : Dialah yang menjadikan kalian memiliki pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kalian bersyukur (QS an-Nahl 16:78)
Ibnu Katsîr rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini mengatakan, “Allâh Azza wa Jalla memberikan mereka telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, dan hati, yakni akal yang tempatnya di hati untuk membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang membahayakan.
Dan Allâh Azza wa Jalla memberikan umat manusia kenikmatan-kenikmatan ini, agar dengannya mereka dapat beribadah kepada Rabb-nya.
Sejak awal penciptaannya, manusia merupakan makhluk yang mempunyai kelebihan dan kekurangan yang diberikan oleh Allah ﷻ untuk menjadi khalifah fil ardhi dalam menata kehidupan.
Sesungguhnya Rasulullah ﷺ sangat menjunjung tinggi keberadaan akal manusia, sampai-sampai dalam penjelasannya terkait dengan akal, dikatakan bahwa seseorang itu dianggap tidak beragama manakala tidak memiliki akal di dalamnya, demikian pula dengan kecerdasan.
Rasulullah ﷺ juga memberikan penegasan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang bisa menahan hawa nafsunya, yang paling banyak beramal untuk mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian
Rasulullah ﷺ bersabda :
الْكَيْسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: “Orang cerdas adalah yang bermuhasabah atas dirinya dan beramal untuk apa yang setelah kematian. Orang lemah adalah siapa saja yang dirinya mengikuti hawa nafsunya lalu ia berangan-angan terhadap Allah.” (HR Ahmad)
Berdasarkan keterangan dari hadits diatas, seseorang yang dianggap cerdas adalah orang yang selalu bermuhasabah atas dirinya.
Dalam Islam sangat jelas, sejenius apapun manusia dengan skor IQ diatas 140 namun apabila seorang insan hanya memperturutkan hawa nafsunya tak lebih ia hanya insan lemah akal, karena akalnya tidak mampu memprediksi perjalanan setelah matinya.
- Penulis : Tauhid Ichyar, Ka. Kantor LAZ Persis Sumatera Utara
- Anggota Ukhuwah Islamiyah MUI Sumatera Utara





