Jendela Fajar : Tadabbur Atas Kebesaran-Nya

Tadabbur alam, sebuah proses untuk merenungi dan menghayati segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, yang telah diciptakan oleh-Nya, yang bertujuan untuk lebih mengenal alam, lebih dekat dengan alam.

persatuannews. Kata tadabbur, berasal dari bahasa Arab yakni, tadabbur dari kata dabbara yang berarti belakang. Tadabbur itu sendiri berarti memikirkan, merenungkan, memperhatikan sesuatu di belakang.

Firman Allah ﷻ :

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَا خْتِلَا فِ الَّيْلِ وَا لنَّهَا رِ لَاٰ يٰتٍ لِّاُولِى الْاَ لْبَا بِ ۙ

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,” (QS. Ali ‘Imran 3:190)

Al-Alusi dalam tafsir Ruh al-Ma’ani menjelaskan bahwa pada dasarnya tadabbur berarti memikirkan secara mendalam kesudahan sesuatu urusan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.

Firman Allah ﷻ :

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَا مًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَا طِلًا ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَا بَ النَّا رِ

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS Ali ‘Imran 3:191).

Tadabbur alam merupakan sebuah istilah yang seringkali kita dengar, sebuah kegiatan belajar mengenal alam secara langsung. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tadabbur berarti merenung.

Sedangkan alam adalah segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi, segala sesuatu yang ada dalam satu lingkungan.

Baca Juga :

  1. Tasykil Laz Persis Sumut Resmi di Lantik
  2. Jangan Abaikan Masa Senjamu
  3. Kisah akademisi asal Gaza, pelarian dan harapan.

Dengan demikian, tadabbur alam adalah sebuah proses untuk merenungi dan menghayati segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, yang telah diciptakan oleh-Nya, yang bertujuan untuk lebih mengenal alam, lebih dekat dengan alam.

Berfikir dan ber-tadabbur terhadap ciptaan Allah akan menambahkan keimanan kita kepada Allah Subhana Wata’ala. Karenanya Allah ﷻ menyeru manusia untuk senantiasa merenungi ciptaanya dan semestinya manusia yang berakal menyambut seruan-Nya dengan banyak memuji-Nya.

Firman Allah ﷻ :

أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ

Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?” “Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?” “Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?” “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS Al Ghosyihah 88: 17-20).

Sesungguhnya apabila kita melihat serta mengamati segala ciptaan Allah, kita akan menemukan suatu keindahan yang luar biasa. Suatu harmonisasi keindahan dan keagungan yang menunjukan keagungan Dzat yang menciptakan.

Keteraturan, keharmonisan, dan keindahan alam semesta menunjukan akan adanya Dzat yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.

Lihalah, langit dengan berbagai hiasan bintang-bintang. Hamparan bumi dan luas dengan lautan dan sungai-sungai yang mengalir di dalamnya. Gunung gunung penyanggah bumi berdiri kokoh menjulang tinggi. Hewan-hewan dan tumbuhan dengan bermacam macam jenisnya.

Semuanya Allah ﷻ ciptakan dengan begitu indah, Maha karya luar biasa dari Allah ﷻ, Dzat Sang Maha Pencipta.

Sesungguhnya QS Ali ‘Imran 3:190-191 dijelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab.

Yakni orang-orang yang berakal, orang-orang yang mau berpikir. Orang-orang yang mau memperhatikan alam, yakni orang-orang yang kritis.

Ibnu Katsir menjelaskan, memotivasi untuk memperhatikan ketinggian langit dan keluasan bumi, tata letak dan semua yang ada padanya mulai gunung hingga lautan. Mulai padang pasir hingga hutan. Mulai hewan hingga tumbuhan dan pepohonan, juga bintang-bintang.

Ulul albab menurut Ibnu Katsir adalah orang yang memiliki akal sempurna lagi memiliki kecerdasan. Sedangkan menurut Sayyid Qutb, ulul albab adalah orang-orang yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar.

Orang yang memahami bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah ﷻ, mereka itulah ulul albab.

Sedangkan orang-orang bodoh, meskipun ia melihat langit dan bumi serta melihat pergantian siang dan malam setiap hari, mereka tidak sampai pada kebenaran itu.

Semoga kita tergolong ulul albab, orang-orang yang berakal sempurna lagi memiliki kecerdasan, yang memahami penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam.

  • Penulis : Tauhid Ichyar, Pengurus PW Persis Sumatera Utara
  • Anggota Ukhuwah Islamiyah MUI Sumatera Utara

Persatuan News

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *