Dari Persatuan Islam Untuk Umat Dan Bangsa

Agama, Nasional, Ormas768 Dilihat

Bangil-persatuannews.com. Reuni Akbar Alumni Pesantren Persatuan Islam Bangil, Jawa Timur digelar pada Jum’at-Ahad (20-22 Desember 2024) di Aula A. Hassan, Pesantren Persis Bangil, adalah menjadi momen yang istimewa untuk para alumni dan keluarga besar pesantren.

Betapa tidak, pertemuan ini sanggup mengharu biru perasaan setiap orang yang pernah nyantri, dimana saat mengenang masa-masa belajar. Pengalaman penuh warna, kenangan indah yang dirasakan para santriwan, santriwati tinggal di asrama dengan fasilitas seadanya mengajarkan arti kesyukuran.

Kenangan suka dan duka, menjadi cerita indah seumur hidup, hal ini tak hanya membentuk kepribadian tetapi juga menjadi bekal moral dan spirit di masa depan, kenang Muhammad Nuh yang belajar di pesantren Persis Bangil tahun 1983-1986 dan melanjutkan pengabdian mengajar tahun 1988 hingga tahun 1997 sebelum hijrah ke Medan.

Hadir pada pertemuan 5 tahunan ini ; Al-Ustadz Dr KH Jeje Zainuddin M. Ag (Ketua Umum PP Persis), Prof AtipLatipul Hayat (Waketum PP Persis, yang juga Wakil Menteri Dikdasmen), Prof Lavi Rizki Zuhal (Ketua Pembina Yayasan Pesantren Persis, Bangil), Prof Syafiq A. Mughni ( PP Muhammadiyah), Prof Sudarnoto (Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri), Al-Ustadz KH Hefzie Ghazie Abdul Qadir Hassan (Mudir Pesantren Persis Bangil) dan ratusan alumni dan guru Pesantren lainnya.

Dalam sambutannya, KH Dr Jeje Zaenuddin mengapresiasi peran Pesantren Persis Bangil dalam mengembangkan dakwah dan pendidikan di Indonesia. Adalah Dr Muhammad Natsir rahimahullah sebagai murid A. Hassan sebelum Indonesia merdeka telah merintis lembaga pendidikan bernama Pendis (Pendidikan Islam) Nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan di lembaga pendidikan amat mendasar, di antaranya masalah pentingnya pendidikan karakter.

Prof AtipLatipul Hayat, dalam Orasi Ilmiahnya menyampaikan, beliau pernah mengikuti pertemuan. Saat itu Ibu Puan Maharani menyebutkan ada tiga tokoh Islam yang memberikan pengaruh besar kepada Bung Karno, yaitu KH Ahmad Dahlan, Syeikh Ahmad Surkati dan A. Hassan.

Pesantren Persatuan Islam yang pada tahun 1936 berdiri dengan guru utamanya A. Hassan di Bandung. Lalu pada masa Jepang, Pesantren ini mengikuti A. Hassan pindah ke Bangil. Dan sampai sekarang, pesantren Persis Bangil terus berkiprah. Alumninya menyebar ke seluruh Nusantara, bahkan ada yang mengelola lembaga pendidikan di Malaysia.

Pendidikan memang amat penting, menyiapkan generasi pejuang untuk kebaikan umat dan bangsa. “Saya teringat”, ujar Muhammad Nuh dengan satu perbincangan dengan Al-Ustadz Hud Abdullah Musa Rahimahullah, beliau menceritakan pertemuan antara Al-Ustadz Abdul Qadir Hassan dengan Prawoto Mangkusasmito (Ketua Partai Islam Masyumi terakhir). Pak Prawoto mengatakan kepada Ustadz Abdul Qadir Hassan, “Ustadz berhasil, kami gagal”.

Baca juga :

Ungkapan itu tentu bukan dimaksudkan untuk mengesampingkan pentingnya gerakan politik Islam. Tapi ukuran berhasil tidaknya kegiatan politik adalah kekuasaan.Sementara pendidikan, meski perlahan, tapi dirasakan manfaatnya, Insya Allah. Sejarah singkat berdirinya Pesantren Persatuan Islam “Persis” Bangil, merupakan kelanjutan dari Pesantren yang pernah berdiri di Bandung.

Berdirinya Pesantren Persis juga disebabkan situasi umat Islam pada waktu itu sudah banyak dikaburkan oleh pikiran-pikiran Orientalis dengan paham sekulerisme. Untuk melawan dan mempertahankan dari bahaya sekuler, bid’ah dan khurafat, tidak ada jalan lain kecuali menyiapkan kader Muballigh, yang akan menjadi suluh di tengah ummat. (AA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *