Golongan Yang Mendapat Naungan Allah Pada Hari Kiamat

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Artinya : “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”

persatuannews.com. Sesungguhnya pada hari Kiamat, manusia sangat membutuhkan perlindungan Allâh SWT. Pada hari itu manusia dikumpulkan di tempat yang sangat luas, tidak ada naungan apapun didalamnya, kecuali 7 golongan yang sebagaimana disampaikan Rasulullah SAW.

Naungan tersebut adalah naungan ‘Arsy Allah sebagaimana hadits tersebut dikuatkan riwayatnya oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (2: 144).

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya”

(1) Imam yang adil, (2) Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) Seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) Dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh. (6) Seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) Seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031)

Pertama adalah  pemimpin yang adil. Pemimpin ini mampu bersikap adil. Dalam hal amanat ia benar-benar mengembannya dengan baik, tidak melampaui batas dan tidak meremehkan. Keadilannya tidak beralih pada harta dan tidak beralih pada kesenangan dunia. Itulah pemimpin yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.

Kedua adalah pemuda yang tumbuh dalam ketaatan pada Allah. Kenapa disebut pemuda? Karena para pemuda nafsunya begitu tinggi mengejar dunia dan kebanyakan dari mereka lalai dari akhirat. Kalau ada pemuda yang rajin berjamaah di masjid, rajin menghadiri shalat fajar, akhlaknya pun mulia kepada kedua orangtuanya, dialah pemuda yang jadi harapan akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Pemuda seperti itu sangat jarang kita temui saat ini karena kebanyakan pemuda itu lalai, di antara mereka lebih suka bersenang-senang dan berfoya-foya.

Ada kesempatan untuk bersukaria dengan kesenangan dunia, berhappy ria, waktu dihabiskan untuk hal-hal yang sia-sia, bahkan kemaksiatan dijadikan gaya hidup. Mereka larut dengan hiruk pikuk dunia. Sesungguhnya saat ini kita melihat sedikit sekali pemuda yang memiliki kesadaran untuk ke masjid kecuali yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Maka sewajarnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkan pemuda yang rajin ibadah dalam golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.

Ketiga adalah orang yang hatinya selalu terkait dengan masjid.  Yang dimaksud di sini adalah laki-laki. Karena wanita lebih layak tempatnya di rumah. Karena untuk shalat lima waktu, wanita lebih utama mengerjakannya di rumah dan pahalanya lebih besar. Sedangkan laki-laki, tempat shalatnya itu di masjid. Laki-laki yang hatinya terkait dengan masjid adalah yang biasa menunggu shalat setelah shalat, misalnya ia menunggu waktu antara Maghrib dan Isya dengan berada dalam majelis ilmu dengan mendengar kajian Quran atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dapat juga pengertian orang yang hatinya terkait dengan masjid adalah mereka yang selalu mengingat shalat berjamaah walau dalam keadaan super sibuk.

Baca Juga :

  1. 49 Delegasi Hima Persis Sumut Diberangkatkan ke Muktamar HIMA Persis di Riau
  2. Kaum Luth Yang Melampaui Batas
  3. PW Persis Sumut Tolak Konser HONNE Ditenggarai Promosikan LGBT

Para Manajer Perusahaan, Birokrat,  Teknokrat,  para Pengajar, Presenter atau para pengendara ketika mendengar suara azan segera memarkirkan kendaraannya untuk mengerjakan shalat. Pegawai kantoran bergegas ke masjid ketika berkumandang hayya ‘alash sholah, hayya ‘alash sholah. Inilah mereka yang hatinya selalu terkait masjid.

Keempat adalah dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.Yang dimaksud adalah mereka yang berteman karena Allah. Sehingga teman yang dipilih adalah karena tertarik pada keshalihan, bukan tertarik pada dunia dan harta. Pertemanan tersebut dibangun di atas iman sampai maut menjemput.

Kelima adalah seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh.’ Ada wanita yang kaya raya, terhormat dan cantik dan menarik. Ia menggoda dan mengajak laki-laki untuk berzina. Namun karena silaki-laki takut pada Allah, laki-laki tersebut menolak untuk melakukannya.

Hadits ini mengisyaratkan tentang kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam dengan permaisuri Raja Mesir yang menggodanya. Kalau tidak dengan pertolongan dan perlindungan Allah tentu Nabi Yusuf bisa saja terjerumus dalam zina. Maka kita bisa selamat dari maksiat hanya dengan pertolongan Allah. Ingatlah kalimat “Laa hawla wa laa quwwata illa billah”. Apa maksud kalimat tersebut?

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Artinya : “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”

Keenam adalah seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya. Maksudnya, sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi. Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tangan kanan yang berinfak lantas tangan kiri tidakmengetahuinya. Ini menunjukkan bahwa yang paling dekat saja tidak mengetahui kalau ia bersedekah. Namun boleh saja seseorang bersedekah terang-terangan untuk memberikan contoh pada orang lain.

Sedekah boleh dilakukan terang-terangan jika yang dimaksud adalah sedekah wajib (seperti zakat dan nafkah keluarga).

Ketujuh adalah seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya. Semoga Allah SWT menggolongkan kita  dalam tujuh golongan di atas yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.

  • Penulis : Tauhid Ichyar, Ka.Kantor Perwakilan LAZ Persis Sumatera Utara.
  • Anggota Ukhuwah Islamiyah MUI Sumatera Utara.

Persatuan News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *