persatuannews. com. Dunia tak selembar daun kelor. Sungguh menggelitik ungkapan itu, apakah hal itu mengisyaratkan dunia terlalu kecil atau dunia ini memang luar biasa besarnya. Hingga munculah pameo menggambarkan dunia ini dengan selembar daun kelor. Padahal yang membuat ungkapan belum tentu pernah keliling dunia, berjalan mengukur panjangnya bola dunia dan membandingkannya dengan selembar daun kelor.
Tempo doeloe, setiap orang yang ingin menyampaikan pendapat harus menunggu adanya forum, musyawarah ninik mamak, musyawarah adat, musyawarah desa atau makobar, agar seruannya didengar dan diperhatikan orang banyak.
Saat itu aspirasi yang ingin diungkapkan didepan publik disusun dan ditata dengan intonasi sebaik mungkin demi menjaga citra diri dan keluarga. Seiring dengan perkembangan teknologi, berbicara diforum resmi mengalami pergeseran nilai. Orang-orang muda tidak lagi malu-malu berbicara bebas. Ini era digital, era para kreator, era orang-orang merdeka, era orang-orang energik yang ingin bicara dimedia sosial.
Media sosisal berkembang pesat, ada FB, WA, Tiktok, Youtube, Istragram, Google+, Friendster, Orkut, Koprol, DeviantART, MySpace, LinkedIn, dan X. Bahkan ada AI untuk bertanya lebih detail. Kita tidak perlu menunggu momen untuk menyuarakan apa yang kita pikir dan rasakan.
Jejaring sosial yang dipelopori orang-orang muda cerdas dan energik banyak bermunculan didunia internet. Mempelajarinya juga sangat mudah. Adanya jejaring sosial, orang-orang dapat memublikasikan ungkapan pribadinya secara bebas, dan menimbulkan eporia. Tidak perlu lagi merasa gugup atau merasa rikuh bicara lewat status. Secara personal keinginan menyuarakannya aspirasi hati nurani tanpa ada beban.
Ketika itu diungkap dimedia sosial akan diperhatian langsung banyak pengguna lainnya. Tidak perlu juga khawatir dengan kemampuan komunikasi verbal, karena dilakukan dengan bahasa tulisan. Dan semuanya bisa terbaca karena bantuan teknologi. Penggunaanpun luar biasa, khususnya di negara kita. Dilansir oleh situs https://databoks.katadata.co.id/, pengguna FB di tanah air ditahun 2024 mencapai 174,3 juta jiwa sedangkan WA mencapai 112 juta jiwa. Angka ini membuat Indonesia berada pada peringkat ke-4 skala Internasional dalam menggunakan media FB dan WA.
Baca juga :
Jejaring sosial, telah membuka era baru dalam berkomunikasi dan mengaktualisasikan diri. Sebagaimana bisa kita lihat di sekitar lingkungan, orang-orang dengan bebas berbicara tentang keadaan, kabar terbaru, mereka sedang apa, menyapa, bercanda, atau saling menanyakan kondisi kenalannya. Sebuah dunia yang baru, yang mengumpulkan orang-orang yang berjauhan dalam satu wadah, dapat reuni setiap waktu mereka inginkan.
Teknologi ini menyebabkan munculnya budaya baru bagi peradaban manusia. Sebagaimana budaya lahir dari manusia, maka sudah pasti ada kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan memperbarui status di jejaring sosial. Dengan label kebebasan yang dimiliki, kerap terjadi. Terkadang manusia tidak mampu mengendalikan apa yang ia katakan. Ruang publik di dunia maya akan membuat kesalahannya berlipat kali dan lebih sulit diatasi. Oleh karena itu, banyak pakar komunikasi yang mewanti-wanti para pengguna jejaring sosial untuk tidak sembarangan dalam membuat status.
Perkembangan media sosial telah menjadi salah satu fenomena paling menarik dalam sejarah teknologi informasi modern. Dari awal mula yang sederhana hingga jaringan global yang kompleks, media sosial telah mengubah cara kita berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain.
Namun perlu menjaga adab komikasi agar tidak kebablasan, karena ada koridor yang membatasi. Jangan sampai melanggar UU ITE No. 11 Tahun 2008. Sekedar warning untuk lebih berhati-hati dalam membuat status. Pikirkan karena yang tertulis dalam status tidak akan hilang. Dan jangan sampai ada yang dirugikan, sehingga sampai keranah hukum. Media sosial banyak sisi positip yang bisa diambil, namun tetap saja punya sisi negative, memang dunia tak selebar daun kelor.
Penulis : Tauhid Ichyar
Pemerhati Sosial Masyarakat