Ambisi Kekuasaan

“Tidaklah seseorang semakin dekat kepada penguasa kecuali akan semakin jauh dari Allah” (HR. Ahmad, Abu Daud no. 4860)

persatuannews.com. Ambisi kekuasaan adalah dorongan kuat atau keinginan seseorang untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan politik, sosial, atau ekonomi.

Allah ﷻ berfirman :

فَأَمَّا مَن طَغَى . وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

Artinya : “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)”. (QS an-Nazi’aat 79: 37-41)

Sungguh ambisi kekuasaan bisa bervariasi dalam skala dan tingkatannya. Pada tingkat pribadi, seseorang mungkin memiliki ambisi untuk mencapai jabatan tinggi dalam karirnya, menjadi kepala di komunitasnya, atau mendapatkan pengaruh yang besar dalam lingkungannya kerjanya.

Di tingkat politik, ambisi kekuasaan dapat mendorong seseorang untuk mencapai jabatan politik tertinggi, seperti Bupati, Walikota, Gubernur atau Presiden.

Sesungguhnya  ini merupakan keinginan yang kuat untuk mengendalikan, mempengaruhi, atau mendominasi orang lain, institusi, atau sumber daya untuk memenuhi kepentingan dan tujuan pribadi.

Dari Abu Hurairah ra, Nabi ﷺ bersabda :

وَمَا ازْدَادَ عَبْدٌ مِنَ السُّلْطَانِ دُنُوًّا إِلاَّ ازْدَادَ مِنَ الهِu بُعْدًا

Artinya : “Tidaklah seseorang semakin dekat kepada penguasa kecuali akan semakin jauh dari Allah” (HR. Ahmad, Abu Daud no. 4860)

Baca Juga :

  1. Dahsyatnya Perang Terpanjang Dalam Sejarah Manusia
  2. Menjaga dan Membangun Soliditas:Menakar Kepiawaian Seorang Pemimpin
  3. Hewan Ternak Unta.

Sementara beberapa orang mungkin memiliki ambisi kekuasaan yang sehat dan bertujuan positif, seperti untuk membawa perubahan yang baik atau memajukan kepentingan umum, ada juga risiko ambisi kekuasaan yang berlebihan atau berorientasi pada diri sendiri.

Hal ini dapat menyebabkan praktik korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, atau penindasan terhadap umat demi mempertahankan atau memperluas kekuasaan.

Sesungguhnya tidak sedikit dari kalangan ulama melarang mendatangi para penguasa meskipun bertujuan amar ma’ruf nahi mungkar. Di antara mereka adalah Umar bin Abdul Aziz, Abdullah bin Mubarak, Sufyan Ats-Tsauri dan lain-lain.

Dari Ka’ab bin Ujrah ra, Nabi ﷺ, bersabda:

سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يَدْخُلْ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ وَلَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ

Artinya : “Akan datang sesudahku para penguasa, maka siapa yang masuk menemui mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan membantu mereka atas kezhaliman yang mereka lakukan, maka dia bukanlah dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan ia tidak akan minum air telaga.

Barangsiapa yang tidak masuk menemui mereka, dan tidak menolong mereka atas kezhaliman mereka, dan tidak membenarkan kedustaan mereka, maka dia adalah termasuk golonganku dan aku darinya dan dia akan minum air telaga”( (HR. Ahmad 3/321 dan 399, Tirmidzi 4/525 no. 2259)

Abdullah bin Mubarak seorang ahli fikih yang juga ahli hadits (736-797 M) berkata: “Menurut kami, tidak disebut penganjur kebaikan dan pemberantas kemungkaran, orang-orang yang masuk mendatangi para penguasa untuk amar ma’ruf nahi mungkar. Yang disebut penganjur kebaikan dan pemberantas kemungkaran adalah orang yang menjauhi mereka”.

“Penyebabnya adalah apa yang ditakutkan berupa fitnah akibat menemui mereka. Karena saat ia masih jauh dari para penguasa, ia dapat menganjurkan kebaikan kepada mereka dan melarang serta mengingkari kemungkaran kepada mereka.”

Bagaimana apabila ia telah menemui penguasa yang lebih dekat lagi, maka jiwa akan condong kepada mereka. Ia akan merubah idealis diri, condong kepada gemerlap dunia. Ia bahkan berempati, lebih-lebih apabila diberikan kemudahan, fasilitas dan mau menerima pemberian.

Firman Allah ﷻ :

مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فِلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا

Artinya : “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka milik Allah-lah semua kemuliaan itu”. (QS al-Fathiir 35: 10)

Sesungguhnya mencari kehormatan akhirat akan mendapatkan kehormatan akhirat plus kehormatan dunia, meskipun ia tidak menginginkan dan tidak mencarinya. Sedangkan mencari kehormatan dunia tidak akan bertemu dan tidak akan mungkin berkumpul dengan kehormatan akhirat.

  • Penulis : Tauhid Ichyar, Pengurus PW Persis Sumatera Utara
  • Anggota Ukhuwah Islamiyah MUI Sumatera Utara

Persatuan News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *