Jika Kamu Berfikir Ekonomi Lebih Penting Daripada Lingkungan, Cobalah Menahan Nafas Sambil Menghitung Uang

Raja Ampat Kepingan Surga di tanah Papua yang dianugerahkan oleh Allah Sang Pencipta saat ini atas nama ekonomi telah rusak, porak poranda.

persatuannews.com. Pencemaran lingkungan pada saat ini sudah sampai taraf mengkhawatirkan, kerusakan lingkungan adalah isu yang sangat mendesak. Banyak faktor yang berkontribusi pada kerusakan yang masif seperti polusi, deforestasi, perubahan iklim, dan kehilangan biodiversitas. Dampaknya tidak saja dirasakan oleh lingkungan tetapi juga terhadap kesehatan manusia dan ekonomi.

Kita baru saja Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2025, tepatnya 5 Juni, bahwa setiap tahun dunia menghasilkan 400 juta ton sampah plastik, dan lebih dari 30%-nya tidak dikelola dengan baik catatan dari United Nations Environment Programme (UNEP, 2023). Organisasi Internasional dibawah naungan PBB fokus pada isu lingkungan global.

Disisi lain, perkembangan sektor industri yang ditandai dengan tumbuh pesatnya jumlah pabrik berkolerasi pada tingkat pertumbuhan ekonomi dengan menyerap banyak tenaga kerja. Namun limbah industri, limbah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik menimbulkan efek negatif terhadap keberlangsungan hidup makhluk di bumi termasuk manusia.

Baca Juga :

  1. PP PERSIS Apresiasi Pengetatan Haji oleh Saudi, Soroti Carut Marutnya Penyelenggaraan Haji Indonesia 2025
  2. LAZ Persis Sumatera Utara Menyerahkan Bantuan Bencana
  3. Muhammad Nuh Dukung Pembangunan Jalan Lintas Padang Lawas-Mandailing Natal, Siap Kawal di Tingkat Nasional.

Menarik, dalam hal isu lingkungan BMKG mempunyai peran sentral baru-baru ini pada Rabu (11/6/2025) di Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika melaksanakan ‘Pembekalan Ilmiah Pemuka Agama Tentang Hutan, Manusia, dan Bumi. Pembekalan disampaikan Deputi Bidang Modifikasi Cuaca Tri Handoko Seto, mewakili KBMKG Dwikorita Karnawati.

Dalam hal perubahan iklim, BMKG memainkan peran penting dalam menyediakan informasi peringatan dini cuaca, iklim, dan proyeksi iklim jangka panjang. Data ini dapat dijadikan panduan bagi semua pihak dalam menyusun kebijakan ke depan dan menjadi pijakan melakukan aksi-aksi yang berdaya ungkit tinggi.

Kerusaknya lingkungan Kepulauan Raja Ampat akibat explorasi berlebihan

Berdasarkan data dari ratusan stasiun pengamatan iklim di Indonesia, tren seluruh wilayah mengalami peningkatan suhu udara rata-rata tahunan secara konsisten, data BMKG dan World Meteorological Organization (WMO) mencatat tahun 2024 menjadi tahun terpanas dalam sejarah umat manusia.

Untuk menjadi renungan kita bersama, apakah data-data yang dikumpulkan BMKG puluhan tahun dari ratusan stasiun iklim hanya dibiarkan tergolek dan pasrah tersimpan di Bank Data? Seharusnya tidak, bahwa setiap kebijakan Nasional, maupun lokal dapat mengacu berbasis data tidak suka-suka !!

Sebagai contoh, Raja Ampat Kepingan surga di tanah Papua yang dianugerahkan oleh Allah Sang Pencipta saat ini atas nama ekonomi telah rusak, porak poranda yang dulunya airnya jernih sekarang sudah keruh akibat eksploitasi atas nama ekonomi, sekali lagi atas ekonomi.

Tentu jika anda hanya berfikir tentang ekonomi dan abai terhadap lingkungan maka, coba rasakan menghitung pundi-pundi uang dengan menahan nafas.

  • Penulis: Abdul Aziz, Wakil Sekretaris Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Sumut
  • Pembina Yayasan Anugerah Hijau Indonesia-Ku