Jendela Fajar : Kebodohan Hidup

“Ada empat perkara khas jahiliyah yang masih melekat pada umatku dan mereka belum meninggalkannya: membanggakan jasa (kelebihan atau kehebatan) nenek moyang; mencela nasab (garis keturunan); menisbatkan hujan disebabkan oleh bintang tertentu; dan niyahah (meratapi mayit).” (HR. Muslim no. 934)

persatuannews.com. Dalam Islam, kebodohan (jahl) atau jahiliah merujuk pada kondisi ketidaktahuan, kesesatan, dan perilaku yang bertentangan dengan Islam sebelum datangnya wahyu kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Allah ﷻ berfirman:

اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ

Artinya : “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”(QS. Al-Ma’idah 5: 50)

Istilah ini sering dikaitkan dengan masyarakat Arab sebelum Islam, tetapi dalam konteks yang lebih luas, ia juga bisa merujuk pada sikap dan tindakan yang didasarkan pada hawa nafsu, tanpa pedoman wahyu atau akal yang sehat.

Nabi ﷺ bersabda :

أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ، لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ

Artinya : “Ada empat perkara khas jahiliyah yang masih melekat pada umatku dan mereka belum meninggalkannya: membanggakan jasa (kelebihan atau kehebatan) nenek moyang; mencela nasab (garis keturunan); menisbatkan hujan disebabkan oleh bintang tertentu; dan niyahah (meratapi mayit).” (HR. Muslim no. 934)

Kebodohan bukan sekadar kurangnya pengetahuan, tetapi juga keengganan untuk menerima kebenaran yang sudah jelas. Oleh karena itu, jahiliah bukan hanya kondisi sejarah, tetapi bisa terjadi kapan saja jika manusia menjauh dari petunjuk Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.

Baca Juga :

  1. Senator KH. Muhammad Nuh Hadir di Acara Puncak Tasyakur Milad 50 Tahun MUI Sumatera Utara
  2. Gebyar Muharram 1447 H, Aksi Donasi Untuk Palestina, Warnai Pelantikan PD Persis Dairi
  3. Pimpinan Wilayah Persis Sumatera Utara Selenggarakan Rapat Koordinasi

Sungguh, menjadi orang berilmu itu sulit, karenanya Allah memuliakan dan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Sebaliknya menjadi orang jahil itu gampang, karenanya Allah mencela orang-orang jahil. Sebaik-baik orang alim adalah yang paling takut kepada Allah, dan seburuk-buruk manusia adalah orang paling jahil terhadap agama Allah.

Allah ﷻ berfirman:

وَلَوْ اَنَّنَا نَزَّلْنَآ اِلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتٰى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلًا مَّا كَانُوْا لِيُؤْمِنُوْٓا اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُوْنَ

Artinya : “Dan sekalipun Kami benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka, dan orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) di hadapan mereka segala sesuatu (yang mereka inginkan), mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran)”. (QS. Al-An’am 6 : 111).

Syaikhah Ummu Tamim dalam bukunya “Aqa’id Al-Firaq Ad-Dhallah Wa ‘Aqidah Al-Firqah An-Najiyah” menyebutkan bahwa orang-orang bodoh adalah musuh Allah, lalu hukuman yang Allah berikan kepada para musuhnya adalah kebodohan dan tidak dapat memahami agama-Nya (Al-Qur’an).

Allah ﷻ berfirman:

وَإِذَا قَرَأْتَ ٱلْقُرْءَانَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ حِجَابًا مَّسْتُورًا

Artinya : “Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup”. (QS. Al-Isra 17: 45).

Begitulah kehidupan orang-orang bodoh, mereka tidak beriman kepada kehidupan akhirat ada dinding yang membatasi. Lalu pintu hati dan pikiran mereka Allah berikan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinganya.

Allah ﷻ menyebutkan pada ayat berikutnya :

وَجَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَن يَفْقَهُوهُ وَفِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَقْرًا ۚ وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِى ٱلْقُرْءَانِ وَحْدَهُۥ وَلَّوْا۟ عَلَىٰٓ أَدْبَٰرِهِمْ نُفُورًا

Artinya : “Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Quran, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya” (QS. Al-Isra’ 17: 46).

Rasulullah ﷺ memberikan ancaman kepada mereka yang telah diberikan petunjuk dari kebodohan hidup, sikap dan tindakan yang didasarkan pada hawa nafsu lalu memisahkan diri dari jamaah.

قال النبي من خرج من الطاعة وفارق الجماعة فمات مات ميتة جاهلية، ومن قتل تحت راية عمية، يغضب لعصبة، أو يدعو إلى عصبة، أو ينصر عصبة، فقتل فقتلة جاهلية، ومن خرج على أمتي، يضرب برها وفاجرها، ولا يتحاش من مؤمنها، ولا يفي لذي عهد عهده، فليس مني ولست منه.

Artinya : Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang keluar dari ketaatan dan memisahkan diri dari jamaah maka ia mati seperti matinya orang jahiliah, barangsiapa yang mati di bawah bendera fanatisme (‘ammiyyah), marah karena fanatisme, atau ia mengajak menuju fanatisme, atau ia menolong fanatisme,

kemudian ia terbunuh maka ia mati dalam keadaan jahiliah, barangsiapa yang keluar dari golongan umatku, ia membunuh orang-orang baik dan buruk dari umatku, ia tak berhati-hati atas orang-orang beriman, dan ia tak memenuhi perjanjian dengan golongan yang berjanji, maka ia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongan mereka” (HR Muslim).

Imam Sufyan As-Tsauri sebagaimana dikutip oleh imam Ibn Muflih dalam “al-adab as-syar’iyah”, berwasiat agar selalu meminta perlindungan kepada Allah ﷻ, dari orang yang berilmu tapi buruk, dan orang yang rajin ibadah tapi bodoh, sungguh kedua orang ini sumber malapetaka pada manusia”.

  • Penulis : Tauhid Ichyar.
  • Pengurus PW Persis Sumatera Utara.

Persatuan News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *