Kehadiran Gunung Berapi dibumi Nusantara

Bumi Nusantara ini salah satu habitat gunung berapi. Ada sebanyak 127 komunitas gunung berapi aktif. Mereka hadir  tidak hanya di daratan, namun juga berada di bawah laut. Dapat dilihat betapa dahsyat dan mengerihkan bila gunung berapi meletus.

persatuannews.com. Gunung, kehadirannya membawa kemasyalahatan bagi ummat manusia. Banyak kebaikan yang diberikannya bagi penghuni bumi. Gunung berapi keseharian dalam ketenangannya menghadirkan, keindahan, kesejukan, kesuburan serta kedamaian. Sosok gundukan tanah mengerucut besar dan tinggi ini merupakan knalpot bumi yang mempunyai kekuatan dahsyat. Aktivitas gunung berapi terjadi pada setiap kondisi yang memungkinkan, keberadaanya selalu membuat kita takjub dan kagum. Gunung api lambang kekuatan, keperkasaan dan ketegaran. Namun kadangkala gunung bagaikan seorang penyuntuk. Gunung berapi dapat meledak dengan dahsyat atau terbatuk-batuk mengeluarkan dahak berlendir, menguap dengan getaran, merayap dengan malasnya sambil mengoyak-ngoyak diri sendiri. Kemarahannya menghadirkan rasa takut, bencana dan malapetaka serta kerugian dan kehancuran yang dalam.

 Kumpulan Gunung Api

Bumi Nusantara ini merupakan salah satu habitat gunung berapi. Ada sebanyak 127 komunitas gunung berapi aktif. Mereka hadir  tidak hanya di daratan, namun juga berada di bawah laut. Dapat dilihat betapa dahsyat dan mengerihkan bila gunung berapi meletus. Pada ledakan gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava andesitik asam, lalu pada tahun 1880, gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-28 Agustus 1883 gunung berapi mengeluarkan awan dan debu di atas lautan.

Indonesia memiliki 127 gunung api aktif. Sebanyak 19 gunung dalam status Waspada atau level II yaitu Kelud, Raung, Ibu, Lewotobi Perempuan, Ijen, Gamnokora, Soputan, Sangeangapi, Papandayan, Dieng, Seulewa Agam, Gamalama, Bromo, Semeru, Talang, Anak Krakatau, Marapi, Dukono, dan Kerinci. Sedangkan tiga gunung berapi lainnya berstatus Siaga atau level III yaitu Karangetang, Lokon, dan Rokatenda.

Baca Juga :

  1. Gebyar Muharram 1447 H, Aksi Donasi Untuk Palestina, Warnai Pelantikan PD Persis Dairi
  2. Pimpinan Wilayah Persis Sumatera Utara Selenggarakan Rapat Koordinasi
  3. Gempabumi Tektonik M5,3 Di Samudera Hindia Pantai Barat Sumatera, Tidak Berpotensi Tsunami

Gunung-gunung api ini meletus ketika magma di bawahnya mendesak mulut gunung. Pasokan power oleh gas yang menyebar dan air tanah yang mendidih, ekses panaspun menghembus. Gunung berapi seperti ini sering memiliki lapisan-lapisan alternatif dari bahan-bahan vulkanik yang berbeda-beda, debu, bara dan lava. Ketiganya yang melapisi kerucut disebut gunung berapi komposisi, aktivitas gunung berapi terjadi pada setiap kondisi yang memungkinkan. Asal muasal gunung berapi menentukan daya ledaknya. Banyak gunung berapi meletus sepanjang area subduksi, lempengan tektonik yang besar dari permukaan planet kita mendorong terhadap salah satunya ke yang lain. Sepanjang garis batas di mana satu lempengan diputar di bawah lempengan lainnya mendapatkan gunung berapi paling berbahaya.

 Gunung di Sumatera Utara.

Beberapa gunung terkenal di Sumatera Utara antara lain Gunung Sibayak, Gunung Sinabung, Gunung Sibuatan (puncak tertinggi di Sumut), Gunung Sipiso-piso, dan Pusuk Buhit. Gunung Sinabung salah satu gunung yang erupsi sangat panjang lebih sepuluh tahun. Ia merupakan gunung api di dataran Tinggi Karo. Gunung Sinabung bersama gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi. Ketinggian gunung ini mencapai 2.460 meter.

Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600 tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010. Sejak 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB 28 Agustus 2010, 17.15 UTC, gunung Sinabung mengeluarkan lava. Status level 4 (Awas) ini terus bertahan hingga memasuki 28 Juli 2021.

Erupsi Gunungapi Sinabung termasuk dalam siklus ratusan tahun yang menghasilkan letusan besar. Salah satu akibat dari adanya erupsi tersebut adalah terjadinya perubahan kondisi mata air dari segi kuantitas maupun kualitas di sekitar lereng Sinabung. Penting untuk diketahui apakah kondisi kuantitas dan kualitas mataair masih dapat dimanfaatkan oleh penduduk atau tidak, terutama mengingat bahwa air merupakan komponen yang sangat penting dalam mendukung kehidupan manusia.

Pola aliran air bawah tanah yang memunculkan mata air baru pada beberapa titik dan menutup mata air yang sudah ada..Erupsi Gunung Sinabung bisa saja mengakibatkan perubahan pola mata air, hal ini karena terkuburnya sumber utama mata air pada sabuk mata air paling atas, Perubahan pola sabuk mata air itu akibat endapan material lahar khususnya di sekitar aliran Sungai. Sumber mata air potensial yang selama ini telah dimanfaatkan sebagai sumber utama air bersih yang dikelola perusahaan.

Tentu untuk dapat merumuskan tindakan yang lebih baik dan tepat dalam upaya pengelolaan sumber daya mata air pascaerupsi Sinabung perlu dilakukan kajian alam lebih dalam. Pada pola perubahan sabuk mata air, karakteristik, hidrogeo kimia air tanah dan mata air, serta kerusakan sistem jaringan air bersih semoga tidak sampai terjadi akibat erupsi gunung Sinabung. Sumber air Sibolangit merupakan potensi alami ketersedian  pasokan 600 liter perdetik sebagai sumber air minum masyarakat kota Medan.

  • Penulis : Tauhid Ichyar, Pengurus PW Persis Sumatera Utara
  • Pemerhati Lingkungan Hidup

Persatuan News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *