Singkatnya Perjalanan Ini.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh ﷺ memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati). ”(HR al-Bukhâri, no. 6416; at-Tirmidzi, no. 2333)

Medan-persatuannews.com. Perjalanan hidup ini singkat, masih terasa dalam ingatan saat kita kanak-kanak, masuk dewasa, bekerja, berkeluarga, tua hingga masuk usia lanjut, rasanya perjalanan itu sebentar saja.

Sesungguhnya hidup ini bagaikan seorang musyafir yang sedang menempuh perjalanan lalu berteduh di bawah pohon untuk kemudian melanjutkan perjalanannya lagi.

Firman Allah ﷻ :

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

Artinya : Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (QS. Al-Mukmin 40:39)

Abdullah bin Mas’ud memberikan gambaran hidup dengan tepat. Hidup bagaikan bertamu, yang namanya bertamu pasti tidak akan lama.

Rumah tempat kita bertamu adalah dunia ini. Sementara selama bertamu Allah ﷻ memberikan berbagai fasilitas karunia yang tak terhingga kepada kita.

Dari Ibnu Umar ra, ia berkata, Rasûlullâh ﷺ bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ [وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ] وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Artinya : Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh ﷺ memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati). ”(HR al-Bukhâri, no. 6416; at-Tirmidzi, no. 2333)

Hadits ini merupakan landasan agar manusia tidak memiliki angan-angan yang panjang di dunia. Orang yang beriman tidak sepantasnya menganggap dunia ini sebagai tempat tinggalnya yang abadi.

Semestinya orang beriman menganggap bahwa hidup di dunia ini bagaikan musafir yang yang sedang menyiapkan bekal bepergian menempuh perjalanan yang teramat panjang.

Orang asing atau musafir biasa selalu berhati-hati dan mawas diri, tidak sembarangan berbuat, selalu berprilaku santun, tidak sembarangan bertutur kata, berbuat yang terbaik agar lingkungannya bersikap baik kepadanya.

Seorang musyafir tidak akan merasa senang dengan kondisinya saat dalam perjalanan, kecuali setelah berada di tengah-tengah keluarganya.

Nabi ﷺ bersabda :

مَا لِيْ وَلِلدُّنْيَا؟ مَا أَنَا وَالدُّنْيَا؟! إِنَّمَا مَثَلِيْ وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رَاكِبٍ ظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

Artinya : Apalah artinya dunia ini bagiku?! Apa urusanku dengan dunia?! Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya. )HR. Ahmad, I/391, 441 dan at-Tirmidzi, no. 2377)

Allah ﷻ memberi nikmat kepada kita sehingga dengan nikmat itu, manusia dapat memahami tentang dunia ini. Maka fahamilah, bahwa sesunguhnya dunia adalah negeri yang asing, negeri yang penuh ujian, negeri tempat berusaha, negeri yang hanya sementara dan tidak kekal. Niscaya hati akan menunduk akan kebesaran Ilahi.

Baca Juga :

  1. Bakhil Yang Dipelihara
  2. Pimpinan Wilayah Persis Sumatera Utara Selenggarakan Rapat Koordinasi
  3. BBMKG WILAYAH I: Waspada Potensi Hujan di Sumatera Utara

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah  berkata dalam khutbahnya, “Sesungguhnya dunia bukan negeri yang kekal bagi kalian karena Allâh telah menetapkan kehancuran bagi dunia dan memutuskan bahwa penghuninya akan pergi”.

Betapa banyak bangunan yang kokoh tidak lama kemudian hancur atau roboh dan betapa banyak orang yang sedang bergembira menikmati hartanya, tiba-tiba ia meninggal dunia.

Karena itu, hendaklah kita mempersiapkan diri dengan kendaraan paling baik dan berbekallah dengan sesungguhnya bekal, ketakwaan pada -Nya.

Jadilah seorang hamba-Nya yang hatinya senantiasa bergantung pada Allah, baik dalam kecintaan, harapan, ketaatan atau dalam keresahan hidup.

Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu berkata :

اِرْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُوْنٌ، فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ، وَلَا تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابٌ وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ

Artinya : “Sesungguhnya dunia akan pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat pasti akan datang.  Masing-masing dari dunia dan akhirat memiliki anak-anak, karenanya, hendaklah kalian menjadi anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia, karena hari ini adalah hari amal bukan hisab, sedang kelak adalah hari hisab bukan amal.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا يَكْفِي أَحَدَكُمْمِنَ الدُّنْيَا كَزَادِ الرَّاكِبِ

Artinya : Sesungguhnya cukup bagi kalian di dunia ini seperti bekal orang yang dalam perjalanan. (HR. Abu Ya’la, XIII/no. 7214, ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr, no. 3695)

Singkatnya perjalanan manusia, mari kita renungkan, bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti dialami oleh setiap makhluk, maka bergegaslah persiapkan diri.

  • Penulis : Tauhid Ichyar, Ka.Kantor Perwakilan LAZ PERSIS Sumatera Utara
  • Anggota Ukhuwah Islamiyah MUI Sumatera Utara

Persatuan News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed