Medan-persatuannews.com. Sesungguhnya tidak semua manusia dapat menjalani masa tua, karena umur setiap orang berbeda-beda, masing-masing berjalan sesuai taqdirnya.
Allâh Subhana Wa Ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Artinya : Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup) sampai tua. Di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya) (QS Al-Mukmin 40:67)
Usia senja sangat berbeda dengan masa-masa muda dan remaja, usia senja identik dengan penurunan kekuatan dan fungsi-fungsi organ tubuh yang menjadi indikator kuat tentang dekatnya panggilan Ilahi. Kekuatan fisik melemah, kecerdasan tidak lagi cemerlang, sudah saatnya siapa saja yang telah memasuki masa ini, hendaknya banyak bersyukur, lebih besar komitmen dalam menjalankan tuntunan Al-Qur’an dan As-sunnah.
Allâh Subhana Wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Artinya : “Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadiannya. Maka apakah mereka tidak memikirkannya?” (QS. Yaasiin 36 : 68)
Komitmen dalam menjalan Al-Qur’an dan As-sunnah menjadi tuntutan atas setiap Muslim pada semua fase kehidupan, namun pada fase ini harus telah terbentuk pada diri seseorang kemampuan yang kuat dalam mengendalikan diri terhadap godaan hawa nafsunya.
Allâh Subhana Wa Ta’ala berfirman:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Artinya : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”(QS. Ar-Ruum 30: 54)
Karena itu, aktifitas dan kesibukan seorang Muslim dalam masa ini hendaknya tidak lagi mengejar dunia namun lebih bersifat ukhrawi.
Hadits Rasullah SAW :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “أَعْمَارُ أُمَّتـِيْ مَا بَيــْنَ سِتِّيْنَ وَسَبْعِيْنَ. وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ
Artinya : Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Usia umatku (umat Islam) antara 60 hingga 70 tahun. Dan sedikit dari mereka yang melewatinya”. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah)
Sesungguhnya usia yang panjang termasuk nikmat muqayyad namun bukanlah otomatis orang yang memilikinya lebih baik dari pada yang tidak memperolehnya.
Baca juga :
- Bakhil Yang Dipelihara
- Pejuang Palestina Kalian Adalah Inspirasi Bagi Banyak Orang
- Jangan Abaikan Masa Senjamu
Panjang umur sesungguhnya menjadi nikmat yang sebenarnya, apabila pemiliknya memanfaatkannya dalam urusan-urusan kebaikan, amal shaleh dan ketaatan kepada Rabbnya Allâh Azza wa Jalla.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمُلُهُ
Artinya : Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan amalannya baik. (HR. At-Tirmidzi)
Hadits di atas menunjukkan tentang keutamaan orang yang berusia panjang, bila disertai dengan amalan yang baik, amalan yang memenuhi syarat dan rukun yang dikerjakan sesuai petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan keimanan dan berharap pahala dari Allâh SWT.
Ulama fikih brilian dari Mazhab Syafi’i bernama Al-Qaffal Al-Marwazi. Lelaki yang berprofesi sebagai tukang duplikat kunci ini sampai usia empat puluh tahun hidup dalam kegelapan. Ia tidak mengerti agama sama sekali.
Ia hanya sekadar menjalani dan memenuhi kebutuhan hidup untuk diri dan keluarganya. Petunjuk dan hidayah Allah datang padanya. Kegigihan dan ketekunannya serta motivasi dari guru-gurunya berhasil memompa semangatnya. Ia menjadi pribadi yang haus ilmu.
Ia belajar dari pagi sampai larut. Ketekunannya itulah yang mengantarkannya menjadi pribadi yang cemerlang dan disegani di bidang ilmu fikih. Al-Qaffal adalah contoh terbaik bagaimana Allah SWT memberikan skenario pencerahan kepada hambanya yang sudah tua.
Separuh hidupnya ada di dalam kegelapan dan kejahilan, sementara separuh yang lain berhasil dijalaninya dalam gemerlap cahaya yang cemerlang. Beliau meninggal di usia delapan puluh tahun.
Semoga Allah SWT memberi petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita, ketika matahari diufuk barat, kita masih mampu memanfaatkan masa senja dalam cemerlangnya cahaya Ilahi. Amiiin
- Penulis : Tauhid Ichyar, Ka. Kantor LAZ Persis Sumatera Utara
- Anggota Ukhuwah Islamiyah MUI Sumatera Utara