Medan-persatuannews.com. Pasca runtuhnya Khilafah Utsmaniyah muncul seorang pemuda Mesir yang membawa cahaya bagi kebangkitan umat. Dialah Hasan Ahmad Abdul Rahman Muhammad al-Banna, (lebih dikenal sebagai Syekh Hasan Al-Banna) seorang pendidik, da’i, dan reformis.
Hasan Al-Banna lahir 14 Oktober 1906 di Desa Mahmudiyah beliau adalah peletak dasar-dasar gerakan Islam, pendiri dan pemimpin Ikhwanul Muslimin salah satu organisasi revivalis Islam berpengaruh pada abad ke-20.
Ikhwanul Muslimin didirikan pada 20 Maret 1928 di kota Isma’illiyah, Mesir oleh Hasan Al-Banna bersama enam orang lainnya, yaitu: Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi
Beliau tokoh penting dalam mengembangkan Ikhwanul Muslimin menjadi gerakan Islam yang berpengaruh di Mesir dan negara-negara lain. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki kehidupan umat Islam serta mewujudkan kemuliaan Islam di dunia. Perkembangan gerakan Ikhwanul Muslimin menjadi pesat ketika Markaz dakwah pindah ke Kairo pada tahun 1932.
Al-Banna dikenal dengan cara berdakwahnya yang tidak biasa, selain berdakwah di masjid-masjid, Ia juga berdakwah ke tempat yang jarang digunakan para ulama untuk menyampaikan ilmunya. Al Banna kerap berdakwah di warung-warung kopi tempat orang beristirahat setelah bekerja dari pagi hari.
Tidak jarang mendatangi majelis taklimnya meskipun harus berjalan kaki sejauh 20 kilometer.
Dalam perjalanannya sering mampir di desa-desa sambil mengobarkan semangat perjuangan dan persaudaraan Islam. Dengan cara ini, Hasan Al-Banna bisa menyatu dengan berbagai kalangan masyarakat metode ini cukup berhasil dalam mengembangkan dakwahnya melampaui tapal batas teritorial.
Pemikiran Hasan Al-Banna meliputi pendidikan Islam yang komprehensif, mengintegrasikan pengetahuan agama dan modern, pendekatan holistik dalam dakwah untuk membina individu dan masyarakat yang shaleh, serta visi persatuan umat Muslim secara global (transnasional) melalui pembentukan sistem sosial dan politik Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Beliau menekankan pentingnya keadilan sosial dan menolak ideologi sekuler, memandang jihad sebagai konsep yang luas mencakup dimensi spritual, intelektual, sosial dan pertahanan.
Pemikiran dan ajarannya mencakup berbagai topik yang berkaitan dengan Islam, masyarakat, politik, dan tata kelola. Hasan Al-Banna menganggap kebangkitan Islam sebagai hal yang penting untuk pemberdayaan masyarakat Muslim, bahwa banyak umat Islam yang telah menyimpang dari prinsip inti Islam melemah akibat kolonialisme, pengaruh Barat, oleh karena itu, Ia menegakkan dan menghidupkan kembali ajaran dan nilai-nilai Islam guna mengembalikan kekuatan, kesatuan, dan keutuhan moral pada masyarakat Muslim.
Baca juga :
- Bakhil Yang Dipelihara
- Pejuang Palestina Kalian Adalah Inspirasi Bagi Banyak Orang
- Jangan Abaikan Masa Senjamu
Hasan Al-Banna sangat konsen membantu rakyat Palestina, Ia orang pertama yang mengangkat isu Palestina sebagai isu Sentral bagi umat Islam, mengirimkan ribuan pejuang untuk berjihad di Palestina pada masa konflik Israel-Palestina.
Di tengah hiruk-pikuk kota Kairo, tepatnya di depan kantor pusat organisasi “Asy-Syubbanul Muslimun”. Sekelompok orang tak dikenal memuntahkan peluru-peluru makar mereka setelah itu mereka menghilang, dan pada 12 Februari 1949, dua jam setelah penembakan beliau menghembuskan nafas terakhir dan gugur syahid di jalan Allah.
Mewariskan sejumlah karya yang amat cemerlang, dua diantaranya adalah: Mudzakiraat Ad-Dakwah wa Da’iyah ( Catatan Harian Dakwah dan Sang Da’i) dan Majmu’ah Rasail ( Kumpulan Surat-Surat) dalam Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, Jilid 1 hal 19, Era Intermedia : 2001.
Syaikh Muhammad Ali Ghazali menuturkan, ketika Hasan Al-Banna terbunuh, tiba-tiba dunia tampak begitu hina di mata orang yang memandangnya. Apa yang dicabik-cabik oleh peluru bengis di tubuh lelaki ini? Sesungguhnya peluru itu hanya mencabik seonggok tubuh yang dilelahkan oleh kekhusyukan ibadah dengan sujud-sujudnya yang panjang, tubuh yang direntakan oleh perjalanan panjang menuju Allah; perjalanan sang da’i yang seruannya telah sampai ke telinga jutaan jiwa.
Lewat lisannya yang lembut, Al-Qur’an kembali hidup di hati umat. Warisan kenabian tampak jelas pada jejak langkahnya. Sungguh lelaki itu telah berdiri gagah dan tegar bagai karang, menyurutkan deburan ombak Materialisme.
Suatu ketika seorang wartawan bertanya kepada Hasan Al-Banna tentang diri beliau. Wartawan itu meminta agar ia menjelaskan sendiri tentang dirinya kepada masyarakat, Imam Syahid menjawab. “Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiaannya di tengah manusia.
shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam yang tiada Sekutu bagi-Nya. Kepada yang demikian itulah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri. ‘
Inilah aku. Dan kamu, kamu sendiri siapa?. “Meski jasadnya telah tiada, namun gagasan dan perjuangannya terus hidup, menembus batas zaman dan negara.
- Penulis: Abdul Aziz, Anggota Komisi Siyasah, Syariah dan Kerjasama antar Lembaga MUI Kota Medan.
- Ketua Bidang Hubungan Kerjasama antar Lembaga DPD PWRI Sumut.