Medan-persatuannews. Anggota MPR RI, K.H. Muhammad Nuh, kembali menggelar Sosialisasi Empat Pilar MPR RI pada Jumat, 12 Desember 2025, di Yayasan Al Hijrah Kota Medan. Acara yang berlangsung pukul 08.00 hingga 12.00 WIB ini dihadiri secara khidmat oleh para guru, orang tua murid, serta masyarakat sekitar lingkungan sekolah.
Dalam pemaparannya, K.H. Muhammad Nuh tidak hanya mendalami nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, tetapi juga mengetengahkan pentingnya peran sekolah dalam membangun ketahanan bangsa, terutama melalui pendidikan literasi dan mitigasi bencana.
“Sekolah, sebagai second home bagi anak-anak kita, memiliki tugas mulia yang melampaui sekadar transfer ilmu akademik. Di tengah realitas negara kita yang rawan bencana, pendidikan literasi dan mitigasi bencana harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum kehidupan di sekolah,” seru K.H. Muhammad Nuh di hadapan para pendidik dan orang tua.
Beliau menyampaikan bahwa mengajarkan mitigasi bencana adalah implementasi nyata dari nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan. “Pancasila, khususnya sila kedua ‘Kemanusiaan yang Adil dan Beradab’, mengajarkan kita untuk memelihara keselamatan hidup. Mengajarkan anak-anak bagaimana menyelamatkan diri saat gempa atau banjir adalah wujud nyata dari kemanusiaan dan keadaban itu. Ini juga bentuk penguatan Ketahanan Nasional dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” jelasnya.
Baca juga :
- PERSIS PEDULI Gerakkan Bantuan dan Penggalangan Dana Bencana Sumatera dan Aceh
- Persis Sumut Berbagi Sembago di beberapa Desa Terdampak Banjir
- 1.902 KK terdampak banjir di Tapanuli Tengah
K.H. Muhammad Nuh memberikan beberapa alasan mendasar mengapa literasi dan mitigasi bencana penting diintegrasikan:
- Membentuk Generasi Tangguh dan Cerdas: Literasi kebencanaan membuat siswa tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga cerdas dalam menyikapi ancaman alam. Mereka akan memahami risiko, tanda-tanda bahaya, dan prosedur penyelamatan, sehingga menjadi generasi yang sigap dan tidak panik.
- Sekolah sebagai Titik Krusial dalam Sistem Peringatan Dini: Guru dan siswa yang terlatih dapat menjadi agen penyebarluasan informasi yang cepat dan tepat kepada keluarga serta masyarakat sekitar. Sekolah menjadi simpul penting dalam rantai keselamatan.
- Menyelamatkan Aset Bangsa: Anak-anak adalah aset masa depan bangsa. Melindungi mereka dari dampak bencana melalui pengetahuan yang memadai sama dengan mengamankan masa depan Indonesia.
- Implementasi Nilai Gotong Royong dan Bhinneka Tunggal Ika: Simulasi dan pelatihan kebencanaan melatih siswa untuk bekerja sama, saling menolong, dan menjaga satu sama lain tanpa memandang perbedaan, mencerminkan nilai persatuan dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Oleh karena itu, saya mendorong para guru dan orang tua untuk bersinergi. Sekolah perlu mengadakan simulasi rutin dan memasukkan materi kebencanaan dengan metode yang mudah dicerna. Sementara orang tua dapat menguatkannya dengan pembiasaan di rumah,” tambahnya.
Peserta sosialisasi menyambut baik gagasan tersebut. Ibu Sari (42), seorang orang tua murid, mengaku tersadar. “Selama ini kami fokus pada nilai pelajaran saja. Ternyata, ilmu untuk menyelamatkan nyawa justru lebih fundamental. Ini akan kami usulkan menjadi program prioritas di komite sekolah,” ujarnya.
Sementara itu, seorang guru, Bapak Rudi (39), menyatakan komitmennya. “Sebagai pendidik, tugas kami adalah mempersiapkan anak didik untuk menghadapi kehidupan, dan bencana adalah bagian dari realita itu. Kami akan mulai integrasikan materi sederhana ini dalam kegiatan belajar mengajar.”
Acara ditutup dengan doa bersama untuk keberkahan bangsa. Sosialisasi ini tidak hanya memperkuat pemahaman kebangsaan, tetapi juga menyadarkan semua pihak bahwa pendidikan yang holistik dan menyentuh aspek keselamatan nyawa adalah investasi terbesar untuk membangun Indonesia yang tangguh menghadapi segala tantangan, termasuk bencana alam.
- Pewarta : M.Ashshiddiqy
- Editor : Abdul Aziz
