Deli Serdang-persatuannews.com. Anggota MPR RI, K.H. Muhammad Nuh, menyelenggarakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI pada Kamis, 11 Desember 2025, di Pesantren Persis Hamparan Perak, Deli Serdang. Kegiatan yang berlangsung pukul 13.00 hingga 17.00 WIB ini diikuti secara antusias oleh para ustadz, santri, serta masyarakat sekitar pesantren.
Dalam paparannya, K.H. Muhammad Nuh tidak hanya mendalami makna Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, tetapi juga secara khusus menekankan peran strategis pesantren sebagai pilar masyarakat, terutama dalam menghadapi dan memulihkan diri dari bencana alam yang kerap melanda wilayah Sumatera.
“Pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga menjadi arus utama ketangguhan masyarakat. Dalam situasi bencana, pesantren memiliki peran yang tidak tergantikan,” tegasnya.
Beliau kemudian memaparkan beberapa alasan logis dan berdasar keumatan mengapa pesantren menjadi sentral dalam pemulihan bencana:
- Jaringan dan Kepercayaan Masyarakat yang Kuat: Pesantren memiliki akar yang dalam dan kepercayaan penuh dari masyarakat sekitarnya. Jaringan kiai, ustadz, dan santri ini dapat menjadi saluran distribusi bantuan yang cepat, tepat sasaran, dan terhindar dari salah urus, karena memahami kondisi lapangan secara riil.
- Sumber Daya Manusia yang Terorganisir dan Penuh Semangat Relawan: Santri dan alumni pesantren adalah potensi relawan tangguh yang memiliki disiplin, jiwa pengabdian (khidmah), dan solidaritas tinggi (ukhuwah). Mereka dapat segera dimobilisasi untuk evakuasi, pendirian dapur umum, pendataan korban, dan pendampingan psikososial.
- Pusat Stabilisasi Moral dan Spiritual: Pasca-bencana, masyarakat seringkali mengalami trauma dan kegelisahan. Pesantren, melalui kiai dan ustadznya, berperan sebagai penenang hati dan pemulih spiritual. Khutbah, tausiyah, dan konseling keagamaan memberikan kekuatan batin, kesabaran, serta pesan untuk tidak putus asa, yang sangat vital untuk proses pemulihan jiwa.
- Infrastruktur yang Sering Jadi Titik Kumpul: Aula, lapangan, dan asrama pesantren kerap berfungsi sebagai lokasi pengungsian sementara, posko kesehatan, atau pusat logistik yang aman dan netral. Ini menunjukkan fungsi pesantren sebagai rumah bersama umat dan masyarakat dalam kondisi darurat.
- Agen Pemulihan Jangka Panjang dan Pendidikan Kebencanaan: Pesantren dapat mengintegrasikan pendidikan mitigasi dan adaptasi bencana ke dalam kurikulum pengajian. Selain itu, nilai-nilai gotong royong, ketabahan, dan kepedulian yang diajarkan di pesantren merupakan modal sosial untuk membangun kembali kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat pasca-bencana secara berkelanjutan.
Baca juga :
- PERSIS PEDULI Gerakkan Bantuan dan Penggalangan Dana Bencana Sumatera dan Aceh.
- Persis Sumut Berbagi Sembago di beberapa Desa Terdampak Banjir
- 1.902 KK terdampak banjir di Tapanuli Tengah
“Keempat Pilar Kebangsaan kita mengajarkan persatuan, keadilan, dan gotong royong. Nilai-nilai ini sama persis dengan yang diamalkan pesantren. Dalam konteks bencana, Pancasila hidup dalam aksi nyata santri dan kiai yang turun langsung membantu saudaranya yang terdampak, tanpa memandang latar belakang. Inilah Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI yang sesungguhnya,” pungkas K.H. Muhammad Nuh.
Para peserta menyambut hangat penyampaian tersebut. Ustadz Fahmi (38), salah satu pengurus pesantren, menyatakan bahwa sosialisasi ini memberikan perspektif baru. “Selama ini kami di pesantren sudah biasa melakukan kerja-kerja sosial saat bencana, tapi pak K.H. Nuh menyampaikannya dalam bingkai kebangsaan yang lebih luas. Ini semakin menguatkan bahwa kontribusi pesantren untuk negeri ini adalah nyata dan diakui,” ujarnya.
Acara ditutup dengan doa bersama untuk keselamatan bangsa dan khususnya korban bencana di Sumatera. Melalui kegiatan ini, pesantren tidak hanya ditempatkan sebagai objek sosialisasi, tetapi sebagai mitra strategis negara dalam membangun ketahanan dan memulihkan diri dari setiap ujian, termasuk bencana alam.
Pewarta: M Ashshiddiqi
Editor: Abdul Aziz
