persatuannews.com. Bani Israil berasal dari Nabi Ya’qub as, yang merupakan putra Nabi Ishaq as, cucu dari Nabi Ibrahim as. Mereka adalah kelompok suku-suku yang mendiami wilayah Kanaan pada zaman dahulu. Perjalanan Nabi Ibrahim ke Kanaan merupakan awal bagi generasi Beliau berikutnya dengan putranya, Ishak as dan cucunya, Yakub as yang terus tinggal di wilayah tersebut. Yakub as adalah ayah dari 12 putra, di antaranya Yusuf as.
Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka): “Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu,serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa”. (QS al-A’raaf 7:171)
Sekitar 400 tahun kemudian, siroh menyebutkan Bani Isra’il diperbudak di bawah kekuasaan Firaun. Allah ﷻ mengutus Nabi Musa as untuk memimpin Bani Isra’il eksodus dari cengkraman tirani perbudakan Firaun. Ketika di bawah pengaruh Firaun, Bani Isra’il banyak menyerap nilai-nilai agama dan budaya Mesir. Meskipun mereka telah berjanji kepada Allah, mereka masih sangat terikat dengan budaya Mesir.
Dan (ingatlah) ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikut Fir’aun. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada yang demikian itu merupakan cobaan yang besar dari Tuhanmu.(QS Al-Bakaroh 2:49)
Pengaruh praktik-praktik Mesir menjadi jelas ketika Bani Isra’il mengungkapkan keinginan untuk menyembah berhala. Kerinduan akan representasi Tuhan yang nyata tersebut terus berlanjut, dan mereka selalu meminta patung setiap kali mereka bertemu dengan kelompok lain.
Baca Juga :
- PP PERSIS Apresiasi Pengetatan Haji oleh Saudi, Soroti Carut Marutnya Penyelenggaraan Haji Indonesia 2025
- LAZ Persis Sumatera Utara Menyerahkan Bantuan Bencana
- Muhammad Nuh Dukung Pembangunan Jalan Lintas Padang Lawas-Mandailing Natal, Siap Kawal di Tingkat Nasional.
Sungguh kelakuan Bani Israil setelah diselamatkan menyeberangi lautan, tiba-tiba, meminta Musa yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Mereka meminta kepada Musa agar dibuatkan berhala untuk mereka sembah. Itulah tabiat buruk mereka yang menyimpang dan sulit diluruskan sebagai dasar Tauhid.
Padahal waktunya belum terlalu lama sejak mereka ditimpa siksaan di bawah bayang-bayang kekejaman Fir’aun. Mereka telah diselamatkan Musa as, atas pertolongan Allah membinasakan musuh mereka, membelah laut bagi mereka, dan menyelamatkan mereka dari siksa yang kejam dan mengerikan yang ditimpakan Fir’aun kepada Bani Israil.
Pada masa Rasulullah ﷺ, Beliau membangun masyarakat Islam di Madinah, ada tiga kelompok besar yang bernaung di dalamnya. Pertama adalah kaum Muslimin dari kalangan Muhajirin dan Ansar. Kedua kaum musyrik yang terdiri dari Bani Aus dan Khajraj serta kelompok ketiga, Yahudi, yang terdiri dari empat golongan: Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Khaibar, dan Quraizah.
Rasulullah ﷺ berinisiatif melakukan suatu perjanjian formal antartiga kelompok itu. Dan disebutlah Piagam Madinah. Piagam Madinah yang dibentuk tahun 622 H itu dipandang dunia sebagai yang paling modern di masanya. (Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah dan Teladan Muhammad ﷺ oleh Zuhairi Misrawi)
Piagam ini banyak diperbincangkan orang, mulai dari kalangan Muslim ataupun non-Muslim. Hal itu mengingat Piagam Madinah yang berhasil membuktikan ensensi Islam berupa perdamaian dan persaudaraan. Namun demikian, karena kebencian kaum Yahudi terhadap Rasulullah ﷺ dan kaum Muslim, pecahlah perang Qainuqa. Perang itu menjadi klimaks yang terjadi dari pengkhianatan Piagam Madinah, setelah sebelumnya kedengkian mereka juga mengorbankan kaum Muslimin lainnya.
Dalam suatu riwayat Ibnu Ishak, pecahnya perang Bani Qainuqa dipicu provokasi dan keributan yang dilakukan kaum Yahudi sehingga menyebabkan pengusiran kaum Yahudi dari Madinah. Sungguh itulah penyebab utama pengusiran mereka dari Madinah, karena sikap mereka yang terang-terangan memperlihatkan permusuhan dan menentang kaum Muslimin. Upaya itu, dilakukan mereka dengan mengingkari semua perjanjian dan membuat keributan di Madinah.
- Penulis : Tauhid Ichyar, Ka.Kantor Perwakilan LAZ Persis Sumatera Utara.
- Anggota Ukhuwah Islamiyah MUI Sumatera Utara.