Berpuasa Sepanjang Tahun

Lazimnya amalan terasa bernilai apabila satu amalan usai dilakukan, hati ini segera ingin lagi melakukan kebaikan yang lain, atau meneruskan kebaikan yang sudah dilaksanakan secara terus menerus.

persatuannews.com. Dari perjalanan empat hari kita berpuasa Ramadhan 1446 H, perlunya kita mengevaluasi diri, apakah amal puasa Ramadhan kita bernilai dihadapan Allah ﷻ atau hanya sekedar ikut-ikutan dan menahan lapar dan haus saja.

Allâh ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS al-Baqarah 2:183)

Lazimnya amalan terasa bernilai apabila satu amalan usai dilakukan, hati ini segera ingin lagi melakukan kebaikan yang lain, atau meneruskan kebaikan yang sudah dilaksanakan secara terus menerus.

Firman Allah ﷻ :

فَاِذَا فَرَغۡتَ فَانۡصَبۡۙ وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Artinya : Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (QS. Al-Insyirah 94:7-8)

Puasa merupakan ibadah yang banyak manfaatnya dari sisi kesehatan. Hal tersebut telah banyak dibuktikan oleh para ilmuan dan peneliti.

Sungguh Islam mengenal dua puasa yakni; puasa wajib dibulan Ramadhan dan puasa Sunnah yakni; Puasa Senin-Kamis, puasa Rajab, Puasa Daud dan lainnya. Bagaimana hukumnya dengan puasa yang dilakukan sepanjang masa apakah dibolehkan dalam Islam.

Puasa sepanjang masa bila kita merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits, tidak ada disebutkan, bahkan Nabi melarangnya, Rasulullah ﷺ.

لاَ صَامَ مَنْ صَامَ الأَبَدَ

Artinya: “Tidak ada puasa bagi orang yang puasa abadi.” (HR. Bukhari & Muslim)

Diceritakan suatu hari ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Rasulullah ﷺ yang bertanya tentang ibadah Nabi ﷺ. Ketika itu mereka diberitahukan, namun seakan-akan apa yang telah dilakukan Rasulullah ﷺ merupakan ibadah yang ringan dan dengan mudah dilakukan.

Rasulullah ﷺ melarang beribadah secara ekstrim atau berlebih-lebihan, sebagaimana hadits dari Anas bin Malik ra :

جَاءَ ثَلاثُ رَهطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَسأَلُونَ عَن عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخبِرُوا كَأَنَّهُم تَقَالُّوهَا ، فَقَالًوا : وأَينَ نَحنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ؟ قَد غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ، قَالَ أَحَدُهُم : أَمَّا أَنَا فَإِنِّي أُصَلِّي الَّليلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَصُومُ الدَّهرَ وَلَا أُفطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَعتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَنتُمُ الَّذِينَ قلُتُم كَذَا وَكَذَا ؟ أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخشَاكُم للَّهِ وَأَتقَاكُم لَه ، لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَن رَغِبَ عَن سُنَّتِي فَلَيسَ مِنِّي )رواه البخاري ، رقم 5063 ومسلم، رقم 1401)

Artinya : “Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi ﷺ bertanya tentang ibadah Nabi sallallahu’alahi wa sallam. Ketika mereka diberitahukan, seakan-akan mereka merasa remeh.

Dan mengatakan, “Dimana kita dari (ibadahnya) Nabi ﷺ ? Beliau telah diampuni oleh Allah dosa yang lalu maupun yang akan datang. Salah satu di antara mereka mengatakan, “Sementara saya akan shalat malam selamanya.” Yang lain mengatakan, “Saya akan berpuasa selamanya dan tidak berbuka.

”Dan lainnya mengatakan, “Saya akan menjauhi wanita dan tidak menikah selamanya.” Rasulullah ﷺ datang dan bersabda, “Apakah anda semua yang mengatakan ini dan itu? ‘Demi Allah, sesungguhnya saya adalah yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya.

Akan tetapi saya berpuasa dan berbuka, saya shalat (malam) dan beristirahat dan saya menikahi wanita. Siapa yang tidak menyukai sunahku (kebiasaanku), maka dia bukan dari (golongan)ku.” (HR. Bukhari, no. 5063 dan Muslim, no. 1401).

Sahabat Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma bertekad untuk puasa setiap hari dan shalat tahajud sepanjang malam. Mengetahui hal ini seorang sahabat memberitahukan kepada Rasulullah ﷺ, maka Nabi langsung menegurnya.

Baca juga :

  1. Kota Hijau, Kota Kesejukan Hayati
  2. Sikap Assertif dalam Membanguna Kebersamaan.
  3. Kolaborasi LAZ Persis Sumut dan RM Seafood Mak Judes Santunan Anak Yatim

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu’anhu berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda :

يَا عَبْدَ اللَّهِ ! أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ ، وَتَقُومُ اللَّيْلَ ؟ فَقُلْتُ : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ! قَالَ : فَلَا تَفْعَلْ ، صُمْ وَأَفْطِرْ ، وَقُمْ وَنَمْ ، فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا (رواه البخاري، رقم 1975 ومسلم، رقم 1159)

Artinya : ”Wahai Abdullah! Saya dapat kabar bahwa anda (terus menerus) puasa di siang hari dan berdiri (shalat) waktu malam hari?” Saya menjawab, “Ya wahai Rasulullah! Beliau mengatakan, “Jangan lakukan, berpuasalah dan berbuka. Berdiri shalat dan tidurlah. Karena jasad anda ada haknya. (HR. Bukhari, no. 1975 dan Muslim, no. 1159).

Sesungguhnya puasa sepanjang tahun, berarti puasa satu tahun penuh, kita hitung secara sederhana, imbalan yang Allah berikan. Puasa Ramadan yang berbilang tiga puluh atau dua puluh sembilan hari, digandakan setiap hari menjadi sepuluh ganjaran pahala.

Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya : “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.”(HR. Muslim no. 1164)

Bila dijumlah, dua belas bulan, tiga ratus enam puluh hari bahkan bisa lebih bila rajin berpuasa Daud atau Senin-Kamis. Ternyata puasa sepanjang tahun bisa didapat dari imbalan pahala yang Allah berikan.

  • Penulis : Tauhid Ichyar, Pengurus PW Persis Sumatera Utara
  • Anggota Ukhuwah Islamiyah MUI Sumatera Utara